Rabu 21 Aug 2019 06:10 WIB

5 Komoditas Pertanian yang Terancam Perubahan Iklim

Apel dari Washington termasuk komoditas terancam perubahan iklim.

Rep: Febryan A/ Red: Indira Rezkisari
Buah apel.
Foto: Wikimedia
Buah apel.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Perubahan iklim akan membuat perubahan pola cuaca dan berdampak pada perubahan pola pertanian. Petani akan mengahadapi gagal panen lebih sering dari sebelumnya karena intensitas kekeringan, banjir dan badai akan meningkat. Selain itu, kenaikan suhu juga akan menyebabkan hama berkembang lebih banyak.

World Economic Forum, pada Senin (19/8), menyebut setidaknya lima jenis komoditas pertanian kini akan terdampak. Kelimanya tersebar di berbagai belahan dunia.

Baca Juga

Pertama, kol produksi Inggris. Produksi kol di county atau Provinsi Lincolnshire telah mengalami gagal panen karena dilanda hujan ekstrim pada saat musim panas kali ini. Padahal wilayah tersebut merupakan sentra pertanian kol di Inggris.

Pada saat bersamaan, di beberapa negara eropa lainnya, pertanian kol juga mengalami gagal panen akibat suhu panas yang ekstrim. Alhasil, suplai kol di Eropa kini menurun diiringi dengam melambungnya harga.

Kedua, apel dari perkebunan Amerika Serikat (AS). Pertanian apel di negara bagian Washington juga terancam gagal panen. Sebab, suhu panas ekstrim telah membuat apel-apel di sana diserang penyakit.

Setidaknya negara bagian Washington menghasilkan 200 ribu ton apel per tahun. Kini produksi itu terancam menurun drastis.

Ketiga, komoditas kopi Brazil. Negeri yang beriklim tropis itu kini juga mengalami kenaikan suhu panas. Padahal kopi tidak cocok tumbuh di suhu yang telalu panas.

Pertanian kopi yang telah berlangsung ratusan tahun kini mulai terancam perubahan iklim. Bahkan, tiga spesies kopi di Brazil kini ikut terancam punah.

Keempat, gandum. Makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat dunia ini kini ikut terancam oleh perubahan iklim. Sebab, gandum sangat sensitif terhadap perubahan suhu.

Bahkan, studi terbaru memprediksi panen gandum di India akan menurun drastis pada tahun 2050 mendatang. Setidaknya, pengurangan akan terjadi sebanyak 6 persen-23 persen. Beruntung, gandum dari Rusia masih akan tetap aman, sebab negara di Eropa Timur itu memiliki cuaca yang lebih dingin dibandingkan India, meski terjadi perubahan iklim.

Kelima, buah peach atau persik. Perkebunan persik di California, AS, akan ikut terdampak perubahan iklim. Sebab, buah jenis ini juga sangat sensitif dengan perubahan cuaca, apalagi suhu panas.

Kini para petani di California mulai mengembangkan varietas baru persik. Namun, butuh sekitar 20 tahun untuk menciptakan satu varietas baru yang siap menghadapi suhu panas. Dalam 20 tahun ke depan, mungkin perubahan iklim akan terus terjadi ke level yang semakin membahayakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement