Sabtu 17 Aug 2019 06:29 WIB

Filantropi Indonesia Jalin Kemitraan dengan Filantropi China

Kerja sama meliputi pengembangan real time database dan indeks transparansi.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Andi Nur Aminah
Filantropi Indonesia bermitra dengan Filantropi Cina untuk pengembangan real time database dan index transparansi lembaga filantropi saat kunjungan bersama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dengan dukungan dari Ford Foundation ke Cina pada 13 – 16 Agustus 2019.
Foto: Dok Filantropi Indonesia
Filantropi Indonesia bermitra dengan Filantropi Cina untuk pengembangan real time database dan index transparansi lembaga filantropi saat kunjungan bersama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dengan dukungan dari Ford Foundation ke Cina pada 13 – 16 Agustus 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Filantropi Indonesia (FI) menjalin kemitraan dengan beberapa asosiasi dan lembaga filantropi di China. Kerja sama meliputi pengembangan real time database dan indeks transparansi lembaga filantropi.

Dua instrumen tersebut dinilai sebagai perangkat modern dalam memperkuat transparansi dan akuntabilitas filantropi di berbagai negara, termasuk di China. Karena itu, FI bersama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dengan dukungan dari Ford Foundation melakukan kunjungan ke China pada 13 – 16 Agustus 2019.

Baca Juga

Kunjungan sekaligus untuk mengkaji pengembangan real time data base dan Foundation Transparancy Index (FTI) di China Foundation Center (CFC). Foundation Transparancy Index sudah diakui dan menjadi rujukan bagi lembaga-lembaga filantropi China dan filantropi global sebagai salah satu solusi inovatif dan standar baru dalam mendorong dan meningkatkan transparansi lembaga-lembaga filantropi.

Direktur Eksekutif Filantropi Indonesia, Hamid Abidin menjelaskan bahwa FTI merupakan sistem data base lembaga filantropi. Sistem dibangun untuk memberikan layanan informasi berbasis online secara realtime kepada publik mengenai lembaga filantropi di China berikut program dan laporan keuangannya.

CFC sebagai pengelola FTI mengumpulkan informasi tersebut dari laporan yayasan yang disampaikan di situs organisasinya dan laporan disampaikan kepada pemerintah. Dari informasi-informasi inilah, FTI kemudian melakukan pemeringkatan berdasarkan indikator yang sudah ditetapkan untuk menentukan posisi dan peringkat yayasan tersebut.

FTI memiliki 40 indikator transparansi yang dikelompokkan dalam empat kategori. Yakni informasi dasar organisasi, informasi program/proyek, informasi keuangan dan informasi donor. Posisi dan peringkat yayasan di FTI bersifat dinamis bergantung pada seberapa lengkap data yang mereka sampaikan ke publik.

Selain belajar tentang pengembangan data base dan FTI di CFC, Filantropi Indonesia juga berkunjung ke beberapa asosiasi dan lembaga filantropi di Cina untuk berbagi informasi dan menjalin kemitraan. Beberapa lembaga yang dikunjungi adalah CCA (China Charity Alliance), China Global Filantropi Institute, Tanoto Foundation Beijing, dan Ford Foundation Cina.

Melalui kunjungan ini, FI berbagi sekaligus menyerap banyak informasi dan inspirasi yang diharapkan bisa jadi rujukan dalam pengembangan filantropi di Indonesia. Indonesia dan Cina memiliki banyak kesamaan dalam hal kebijakan dan kultur filantropi sehingga ada banyak gagasan dan inisiatif yang bisa diadaptasi, tentu melalui penyesuaian dengan kultur dan konteks filantropi Indonesia.

"Perkembangan filantropi yang cukup fantastis di Cina bisa jadi inspirasi, model dan bench marking dalam pengembangan filantropi di Indonesia melalui pengembangan regulasi yang kondusif dan instrumen transparansi inovatif," kata Hamid dalam siaran persnya.

 

JAKARTA -- Filantropi Indonesia (FI) menjalin kemitraan dengan beberapa asosiasi dan lembaga filantropi di China. Kerja sama meliputi pengembangan real time database dan indeks transparansi lembaga filantropi.

Dua instrumen tersebut dinilai sebagai perangkat modern dalam memperkuat transparansi dan akuntabilitas filantropi di berbagai negara, termasuk di China. Karena itu, FI bersama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dengan dukungan dari Ford Foundation melakukan kunjungan ke China pada 13 – 16 Agustus 2019.

Kunjungan sekaligus untuk mengkaji pengembangan real time data base dan Foundation Transparancy Index (FTI) di China Foundation Center (CFC). Foundation Transparancy Index sudah diakui dan menjadi rujukan bagi lembaga-lembaga filantropi China dan filantropi global sebagai salah satu solusi inovatif dan standar baru dalam mendorong dan meningkatkan transparansi lembaga-lembaga filantropi.

Direktur Eksekutif Filantropi Indonesia, Hamid Abidin menjelaskan bahwa FTI merupakan sistem data base lembaga filantropi. Sistem dibangun untuk memberikan layanan informasi berbasis online secara realtime kepada publik mengenai lembaga filantropi di China berikut program dan laporan keuangannya.

CFC sebagai pengelola FTI mengumpulkan informasi tersebut dari laporan yayasan yang disampaikan di situs organisasinya dan laporan disampaikan kepada pemerintah. Dari informasi-informasi inilah, FTI kemudian melakukan pemeringkatan berdasarkan indikator yang sudah ditetapkan untuk menentukan posisi dan peringkat yayasan tersebut.

FTI memiliki 40 indikator transparansi yang dikelompokkan dalam empat kategori. Yakni informasi dasar organisasi, informasi program/proyek, informasi keuangan dan informasi donor. Posisi dan peringkat yayasan di FTI bersifat dinamis bergantung pada seberapa lengkap data yang mereka sampaikan ke publik.

Selain belajar tentang pengembangan data base dan FTI di CFC, Filantropi Indonesia juga berkunjung ke beberapa asosiasi dan lembaga filantropi di Cina untuk berbagi informasi dan menjalin kemitraan. Beberapa lembaga yang dikunjungi adalah CCA (China Charity Alliance), China Global Filantropi Institute, Tanoto Foundation Beijing, dan Ford Foundation Cina.

Melalui kunjungan ini, FI berbagi sekaligus menyerap banyak informasi dan inspirasi yang diharapkan bisa jadi rujukan dalam pengembangan filantropi di Indonesia. Indonesia dan Cina memiliki banyak kesamaan dalam hal kebijakan dan kultur filantropi sehingga ada banyak gagasan dan inisiatif yang bisa diadaptasi, tentu melalui penyesuaian dengan kultur dan konteks filantropi Indonesia.

"Perkembangan filantropi yang cukup fantastis di Cina bisa jadi inspirasi, model dan bench marking dalam pengembangan filantropi di Indonesia melalui pengembangan regulasi yang kondusif dan instrumen transparansi inovatif," kata Hamid dalam siaran persnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement