Rabu 14 Aug 2019 02:53 WIB

Pengiriman Pesawat Boeing Turun Usai Dua Kecelakaan Fatal

Boeing hanya mengirim 258 unit pesawat dibandingkan tahun sebelumnya 417 unit.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Friska Yolanda
Pekerja merakit Boeing 737 MAX 8 di fasilitas perakitan pesawat di Washington, Amerika Serikat.
Foto: AP Photo/Ted S. Warren
Pekerja merakit Boeing 737 MAX 8 di fasilitas perakitan pesawat di Washington, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Boeing mengirimkan 38 persen lebih sedikit pesawat dalam tujuh bulan pertama di tahun 2019 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena adanya pelarangan terbang dan keraguan seputar masa depan Boeing 737 MAX.

Pengiriman pesawat mencapai 258 unit dalam tujuh bulan terakhir hingga Juli 2019. Sementara tahun lalu, Boeing berhasil mengirimkan 417 unit pesawat. Penurunan ini mengancam posisi Boeing sebagai pembuat pesawat terbesar di dunia selama tujuh tahun terakhir.

Baca Juga

Boeing 737 MAX dinyatakan dilarang terbang di seluruh dunia setelah dua kecelakaan fatal yang menewaskan lebih dari 300 orang. Hingga saat ini, masih belum diketahui kapan pesawat jenis tersebut akan beroperasi seperti sebelumnya. Bulan lalu, perusahaan tersebut membukukan kerugian terbesar yang pernah terjadi karena meningkatnya biaya penyelesaian masalah terkait 737 MAX.

Masalah yang terjadi pada pesawat jenis 737 MAX juga telah mengganggu operasional sejumlah maskapai di dunia. Maskapai-maskapai tersebut juga menuntut kepada Boeing atas kerugian mereka. Salah satu pelanggan Boeing terbesar, Southwest, bahkan sudah menghapus pesawat jenis 737 MAX di dalam jadwalnya hingga awal Januari 2020. 

Secara total, pembuat perusahaan pesawat dari Amerika Serikat (AS) tersebut kalah dengan perusahaan pembuat pesawat asal Eropa yakni Airbus. Tahun ini Airbus telah mengirimkan sejumlah 458 unit pesawat. 

Meskipun demikian, pesawat berbadan lebar milik Boeing yakni Boeing 777 dan 787 Dreamliner masih lebih unggul penjualannya dibandingkan Airbus. Boeing berhasil mengirimkan total pesawat berbadan lebar sebanyak 115 unit, sementara Airbus 84 unit. 

Kedua perusahaan pembuat pesawat itu sama-sama mengalami penurunan pengiriman jet jumbo empat engine dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh maskapai lebih memilih jet penumpang bermesin ganda karena bahan bakarnya dinilai lebih efisien. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement