REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia (BI) mengindikasikan perlambatan kenaikan harga properti residensial di pasar primer pada triwulan dua 2019. Bahkan perlambatan ini terjadi pada semua tipe rumah.
Melihat permasalahan tersebut, menurut Perencana Keuangan Diana Sandjaja pda masyarakat kelas menengah terjadi pergeseran gaya berinvestasi terutama untuk mempunyai hunian rumah tinggal.
"Jika dilihat dari gejala yang ada, di mana saat ini para milenial lebih suka mengumpulkan pengalaman dari pada aset berwujud maka memang terjadi pergeseran preferensi dan gaya berinvestasi," ujarnya ketika dihubungi Republika, Selasa (13/8).
Menurutnya jenis pekerjaan dan gaya hidup milenial yang berbeda dari generasi sebelumnya, mencari hunian yang ideal membutuhkan pertimbangan cukup banyak. Namun, hunian tempat tinggal tetap menjadi prioritas bagi para milenial
"Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok yang pastinya ingin dipenuhi, sehingga belum tentu ketika harga melambat tapi pembelian tidak meningkat merupakan sikap dari kelas menengah tapi bisa saja ini karena over supply dari perumahan itu sendiri," jelasnya.
Sebelumnya Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko mengatakan melambatnya kenaikan harga properti residensial terjadi pada semua tipe rumah. Hal ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan dua 2019 yang tumbuh 0,20 persen (qtq) atau melambat dibandingkan 0,49 persen (qtq) pada triwulan sebelumnya.
“Kenaikan harga rumah diperkirakan meningkat pada triwulan tiga 2019 sebesar 0,76 persen (qtq),” ujarnya dalam keterangan tulis yang diterima Republika.co.id, Senin (12/8).
Onny menjelaskan volume penjualan properti residensial pada triwulan dua 2019 tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan -15,90 persen (qtq) atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 23,77 persen (qtq). Penurunan penjualan properti residensial disebabkan oleh penurunan penjualan pada rumah tipe kecil dan rumah tipe menengah.