REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Jamur merupakan komoditas sayuran eksotik yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Juga berpotensi untuk dikembangkan dalam skala komersial.
Rasanya yang enak dan bergizi tinggi membuat jamur memiliki daya tarik untuk dikembangkan. Untuk menghasilkan produk yang maksimal, dibutuhkan keterampilan budidaya jamur yang baik.
Hal ini telah dibuktikan Endjah Hodijah, ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Hanjuang asal Sindang Barang, Kabupaten Bogor. Berkat kerja kerasnya membina anggota, KWT Hanjuang telah berhasil membuka usaha budidaya jamur yang sebelumnya sempat mengalami krisis moneter pada 1997.
Bergelar “Srikandi Pejuang Jamur”, Endjah Hodijah beserta KWT Hanjuang meraih beberapa prestasi yaitu penghargaan dari Food and Agriculture Organization (FAO) di Bangkok, Thailand pada1990. Disusul pada 1992 dengan berhasil menjuarai tingkat nasional pemanfaatan lahan pekarangan melalui hias serta dan Piagam Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden Republik Indonesia pada 1999.
Endjah Hodijah tertarik pada usaha budidaya jamur setelah mendapat pelatihan di hutan Cifor Sindang Barang Jero, Bogor. Kemudian, ia dikirim oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor untuk melanjutkan pelatihan budidaya jamur ke Jerman, Belgia dan memperoleh sertifikat Specialty Improvement of Production and Dissemination of Mushrrom Growing Technigues di Belanda.
Sepulang dari Eropa, dengan memperoleh ilmu budidaya jamur dan sekaligus mendapat bantuan peralatan laboratorium untuk pembiakan jamur dan bibit jamur Oyster Mushrrom dari pemerintah Kerajaan Belanda, Endjah menularkan ilmunya kepada anggota kelompok wanita tani yang dinahkodainya.
Bidang usaha yang digeluti Endjah saat ini yaitu pembibitan jamur, penyediaan media tanam jamur (baglog) beserta laboratorium pembiakan yang sering dijadikan tempat magang. Selain itu dirinya membuka pelatihan jamur terutama oleh petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari luar Jawa, kelompok tani, mahasiswa dan lain-lain. Usaha pembibitan jamur yang dihasilkan yaitu bibit jamur Oyster Mushroom. Selain itu juga dikembangkan berbagai jenis jamur lain seperti jamur merah, jamur hitam, kuning, tiram dan jamur kuping.
Menurut Kasubdit Sayuran Daun dan Jamur, Indra Husni, potensi usaha budidaya jamur saat ini masih terbuka lebar, karena permintaan pasar dalam negeri yang belum bisa dipenuhi dan cenderung meningkat.
Pada 2017, diketahui konsumsi jamur di Indonesia 0,18 kg per kapita per tahun. Negara lain seperti Jepang mengonsumsi jamur mencapai 3,5 kg lalu Australia 3,0 kg dan Perancis 4,5 kg per kapita per tahun.
Dengan jumlah penduduk Indonesia yang saat ini 264 juta, jumlah produksi jamur-nya sebanyak 370.196 kuintal dan tingkat konsumsi hanya 0,18 kg per kapita per tahun, membuktikan bahwa kebutuhan pasar masih kurang sekitar 105.004 kuintal pertahun. "Maka dapat disimpulkan potensi peluang untuk pengembangan jamur masih sangat terbuka," ujar Indra.
Saat ini, pemerintah masih terus berupaya meningkatkan produksi jamur. Peran swasta atau pelaku usaha juga sangat dibutuhkan terutama dalam promosi dan sosialisasi kepada masyarakat luas bahwa makan jamur itu sehat. Sebagai contoh Jamur tiram yang saat ini banyak beredar di pasar memiliki banyak kandungan gizi dan bermanfaat untuk kesehatan. Jamur Tiram mengandung air, kalori, karbohidrat, protein, kalsium, vitamin B1, B2, dan juga vitamin C.
Jamur merupakan jenis sayuran yang sehat karena bahan baku media tanamnya adalah dari limbah tanaman yang ramah lingkungan. Hal ini mengakibatkan permintaan jamur terus meningkat mengingat masyarakat sudah semakin sadar akan hidup sehat.
Saat ini anggota KWT Hanjuang sudah bergerak di usaha pengolahan jamur menjadi berbagai olahan seperti kripik jamur, nugget, risoles dan lain-lain. Di samping sebagai trainer budidya jamur, wanita tani pelopor ini juga telah banyak melatih kader-kader wanita tani khususnya di Kabupaten Bogor.
Ke depannya, KWT Hanjuang berencana untuk membangun koperasi wanita dengan harapan agar wanita lebih berdaya dan produktif dalam membantu roda perekonomian keluarga. Yang dilakukan Endjah Hodijah bersama KWT-nya tentu harus terus didorong dan menjadi motivasi bagi kelompok tani lainnya untuk memajukan jamur nasional.