Jumat 09 Aug 2019 22:19 WIB

Kementan Hadiri Pertemuan Pangan Dunia di Vietnam

Pembahasan seputar ketahanan dan keamanan pangan, perubahan iklim, dan kerjasama.

Red: EH Ismail
Pembahasan seputar ketahanan dan keamanan pangan, perubahan iklim, dan kerjasama.
Foto: Humas Kementan
Pembahasan seputar ketahanan dan keamanan pangan, perubahan iklim, dan kerjasama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH)  Kementerian Pertanian menjadi bagian dari delegasi Indonesia menghadiri acara sidang Special Senior Officials Meeting of the 40th Meeting of The ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry (SSOM 40th – AMAF) di Hue, Vietnam, 5-8 Agustus 2019. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian dengan anggota delegasi dari Kementerian Pertanian serta Kementerian Kelautan dan Perikanan. 

Dalam kegiatan yang berlangsung selama empat hari tersebut, peserta mengikuti berbagai agenda sidang. Pembahasan seputar ketahanan dan keamanan pangan, perubahan iklim, kerjasama pertanian, sistem informasi lingkup ASEAN, penelitian dan pengembangan untuk komoditas pertanian dan perikanan serta isu-isu kehutanan termasuk perdagangan produk kehutanan.

Khusus untuk kerjasama ASEAN bidang peternakan dan kesehatan hewan sebagai bagian dari kerjasama pertanian, Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen PKH, Kementan, Fadjar Sumping Tjatur Rasa, melaporkan perkembangan dan pencapaian kerjasama di bidang ini. Menurutnya dibawah kepemimpinan Indonesia, ASWGL telah memfinalisasi 8 dokumen standar atau pedoman di bidang peternakan dan kesehatan hewan tingkat ASEAN. Hal ini telah diselesaikan dan kemudian disetujui pada pertemuan ini. 

ASWGL telah memfinalisasi 8 dokumen standar atau pedoman terkait manual biosekuriti untuk peternakan babi komersial, standar GMP untuk produk obat hewan, strategi pencegahan dan pengendalian penyakit pada babi (classical swine fever). “Ada juga pedoman vaksin autogenous, serta 4 (empat) pedoman tatacara beternak yang baik untuk kambing dan domba, sapi perah, sapi potong termasuk kerbau, dan bebek," jelas Fadjar. 

Masih ada 1 (satu) dokumen yang saat ini akan segera diselesaikan yaitu terkait manual biosekuriti untuk peternakan ruminansia komersial yang masih dalam tahap finalisasi. Fadjar juga menyampaikan bahwa di bidang kerjasama peternakan dan kesehatan hewan, Kementan mempunyai peran yang penting di ASEAN. 

Salah satu contohnya adalah peran sentral Kementan dalam pengembangan standar tatacara beternak yang baik. Terkait hal itu, Kementan telah menyampaikan komitmennya sebagai proponen program pengembangan kapasitas nasional negara Camboja, Laos,  Myanmar, dan Viet Nam (CLMV) dalam implementasi tatacara beternak yang baik sesuai standar ASEAN. 

"Tahun ini Kementan akan memfasilitasi implementasi program di negara-negara CLMV yang merupakan bagian dari Initiative for ASEAN Integration (IAI) Work Plan III melalui pendanaan the ASEAN-Australia Development Cooperation Program (AADCP) Phase II," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement