REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI – Cina berencana menghapus tiga komoditas dari manajemen kuota tarif impornya, yakni rapeseed oil, soybean oil (minyak kedelai) dan minyak sawit. Rencana kebijakan yang disampaikan Kementerian Perdagangan Cina pada Rabu (7/8) ini dapat menjadi pertanda Cina tengah mencari pasokan komoditas alternatif di tengah ketegangan dagang dengan Amerika Serikat (AS) kian memanas.
Berita tersebut muncul setelah pernyataan kementerian yang mengungkapkan bahwa sejumah perusahaan Cina telah berhenti membeli produk pertanian AS pada Selasa (6/8). Pernyataan muncul sebagai bentuk tanggapan atas keputusan Presiden AS Donald Trump yang memberlakukan tarif 10 persen terhadap produk impor China senilai 300 miliar dolar AS.
Trump memberikan pernyataan tersebut pada pekan lalu melalui akun media sosialnya. Hal ini meningkatkan hawa panas dalam sengketa perdagangan kedua negara ekonomi terbesar di dunia ini. Masing-masing negara berupaya mencari cara agar keuntungan terbesar masuk ke kantong mereka.
Dilansir Reuters, Rabu (7/8), tiga komoditas telah dihapus dari daftar rancangan kuota tarif manajemen yang diunggah di situs Kementerian Perdagangan. Artinya, mereka mungkin tidak akan dikenakan pembatasan, seperti yang telah diterapkan di komoditas lain seperti gandum, jagung dan beras. Namun, draf kebijakan ini masih bersifat terbuka untuk feedback publik hingga 22 Agustus.
Sebelumnya, Trump kembali membuat kejutan. Pada Kamis (1/8) waktu setempat, ia mengumumkan akan mengenakan tarif baru terhadap impor Cina senilai 300 miliar dolar AS. Secara efektif, kebijakan ini akan membebani setiap produk yang dibeli orang AS dari Cina.
Trump mengumumkan rencana tersebut sehari setelah Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Perwakilan Dagang AS Robert E Lightizher mengakhiri pembicaraan mengenai perang dagang di Shanghai, Cina. Pertemuan tersebut bertujuan mencapai kesepakatan perdagangan secara komprehensif dengan Negeri Tirai Bambu.
Rencana pemberian tarif tambahan disampaikan Trump melalui akun media sosialnya. "AS, pada 1 September, akan mulai memberikan tambahan tarif 10 persen untuk 300 miliar dolar AS yang tersisa dari barang dan produk dari Cina ke negara kami. Ini belum termasuk 250 miliar dolar AS yang sudah dikenakan tarif 25 persen," ujarnya dalam Twitter, dilansir Washington Post, Kamis (1/8).