REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemadaman listrik berdampak pada bisnis PT MRT Jakarta. Selain mengalami kerugian finansial, PT MRT melaporkan adanya penurunan jumlah penumpang setelah terjadinya insiden black out pada Ahad (4/8).
Sekretaris Perusahaan PT Mass Rapid Transit (MRT) Muhamad Kamaludin memperkirakan, kerugian finansial akibat pemadaman listrik mencapai Rp 507 juta. Kerugian tersebut, menurut Kamaludin, berkaitan dengan potensi kehilangan penumpang yang mencapai 52.898 orang pada hari tersebut. Jumlah itu belum termasuk kerugian lain yang diderita penumpang yang menggantungkan perjalanannya kepada MRT Jakarta.
Dia mengungkapkan, jumlah penumpang MRT mengalami penurunan 16,43 persen setelah terjadinya pemadaman listrik. "Kemungkinan disebabkan oleh kekhawatiran pengguna bahwa pemutusan pasokan listrik dapat terjadi lagi," ucapnya.
Kamaludin berharap penurunan jumlah penumpang bersifat sementara. Ia juga berharap gangguan listrik seperti pada Ahad lalu tak terjadi lagi.
Kamaludin mengatakan, PT MRT Jakarta berupaya menyempurnakan kembali prosedur evakuasi keadaan darurat untuk mengantisipasi situasi pemadaman listrik oleh PLN. Selain itu, untuk memastikan evakuasi berjalan dengan lancar demi menjaga keamanan dan keselamatan penumpang.
Layanan MRT Jakarta pada Ahad lalu mengalami gangguan sejak pukul 11.50 WIB hingga pukul 20.00 WIB karena kendala pasokan listrik PLN. MRT yang mengandalkan pasokan listrik dari dua subsistem 150KV PLN yang berbeda, mengalami //failure// atau kegagalan karena sistem PLN mengalami gangguan.
MRT dan PLN sebelumnya sudah menjalin komitmen. PLN membangun subsistem ketiga, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas tambahan di Jakarta. Namun, subsistem ketiga tersebut belum ada sehingga ketika kedua subsistem yang ada mengalami failure, hal tersebut menyebabkan gangguan pasokan listrik untuk menggerakkan kereta.
Kendati begitu, sesuai desain awal, MRT Jakarta memiliki sistem pembangkit cadangan, yang hanya memberikan pasokan listrik untuk kebutuhan keselamatan dan evakuasi di fasilitas stasiun dan terowongan. "Itulah yang membuat evakuasi dapat dilakukan," ujar dia.
Pada saat kejadian terputusnya pasokan listrik, terdapat tujuh rangkaian kereta MRT Jakarta yang sedang beroperasi. Tiga rangkaian kereta berada di jalur bawah tanah, yaitu Ratangga 0511 yang sedang berhenti di Stasiun Bundaran HI, Ratangga 0411 serta Ratangga 0610 yang terhenti di antara Stasiun Istora Mandiri dan Stasiun Bendungan Hilir.
Penumpang di Ratangga 0411 (berjarak lebih dari 20 meter dari stasiun) dan Ratangga 0610 (berjarak lebih dari 100 meter dari stasiun) dievakuasi ke stasiun terdekat, yaitu Stasiun Bendungan Hilir. Sedangkan empat rangkaian lainnya berada di jalur layang, yaitu Ratangga 0709 dan Ratangga 0906 sedang berada di Stasiun Blok A, Ratangga 0807 serta Ratangga 1004 yang terhenti di antara stasiun Fatmawati dan Stasiun Lebak Bulus Grab.
Penumpang di Ratangga 0807 (berjarak lebih dari 850 meter dari stasiun) dan Ratangga 1004 (berjarak lebih dari 10 meter dari stasiun), dievakuasi ke stasiun terdekat, yaitu Stasiun Lebak Bulus Grab. "Jumlah penumpang yang dievakuasi dari seluruh 13 stasiun MRT berjumlah 3.410 orang dalam keadaan baik dan selamat," ucap Kamaludin.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mendorong PT MRT Jakarta dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) meningkatkan dukungan (back up) pasokan listrik dari PLN untuk semakin menjamin ketersediaan listrik saat melayani masyarakat. "Layanan transportasi tak boleh terhenti meski ada pemadaman listrik. Dalam jangka pendek kita akan koordinasi dengan PLN untuk membahas terkait sistem back up," katanya.
Dia menambahkan, kerja sama penyediaan back up aliran listrik ini bisa ditopang dari pembangkit terdekat, contohnya di Tanjung Priok atau sistem Gandul. Sementara itu, untuk jangka panjang, Budi mendorong agar KAI dan MRT berinvestasi untuk membangun pembangkit listrik sendiri. "Supaya dia bisa melayani sendiri," katanya. n antara ed: satria kartika yudha