Senin 05 Aug 2019 16:27 WIB

Nasib Cashless Society Saat Listrik Padam

Meski sudah cashless, masyarakat diimbau untuk tetap menyimpan uang kartal.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolanda
Pedagang menunggu pembeli di kawasan Pasar Baru yang mengalami pemadaman listrik, Jakarta, Senin (5/8/2019).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Pedagang menunggu pembeli di kawasan Pasar Baru yang mengalami pemadaman listrik, Jakarta, Senin (5/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adanya pemadaman listrik di beberapa wilayah Jabodetabek sejak Ahad (4/8) hingga hari, Senin (5/8), menyebabkan masyarakat yang sudah nontunai (cashless society) kewalahan. Mereka kesulitan melakukan pembayaran karena juga tak bisa tarik tunai di ATM.

Masyarakat kota-kota besar yang biasa menggunakan digital payment harus menyediakan uang tunai saat pembayaran. Seperti Alfina (28 tahun) yang akhirnya pergi ke pusat perbelanjaan pada Ahad (4/8) malam, demi mengisi baterai ponsel dan laptopnya di kafe. Dia pun harus bertransaksi dengan uang tunai seadanya.

Baca Juga

"Untungnya masih ada uang tunai, walaupun nggak banyak. Biasanya saya bayar nontunai, malas ke ATM," ujar Alfina kepada Republika.co.id, Senin (5/8).

Kesulitan Alfina juga disebabkan oleh matinya sinyal berbagai provider telekomunikasi. Padahal untuk membayar menggunakan aplikasi pembayaran digital, memerlukan sinyal internet yang kuat. 

Mengalami situasi serupa, Ayu Lestari (27 tahun) terpaksa harus meminjam uang tunai milik temannya ketika membeli makanan. Ayu yang sudah sejak lama cashless, menggantungkan hidupnya bertransaksi sehari-hari dengan berbagai aplikasi pembayaran digital serta kartu kredit.

"Saya seribu pun nggak pegang, akhirnya pinjam duit teman. Awal bulan sudah ngutang aja," ujar Ayu.

Menurut Ayu yang berkantor di daerah Senen, Jakarta Pusat, beberapa minimarket di sekitar kantornya masih tidak bisa menerima pembayaran menggunakan kartu. Untuk penarikan uang tunai di ATM pun hanya bisa di bank. Namun, ia telanjur malas untuk kantor cabang. 

"Biasanya jajan di Indomaret bayar pakai debit lalu tarik tunai. Tapi memang saya malas pegang tunai," katanya. 

Ketika mengalami hal seperti ini, ia menyadari bahwa sangat penting menyiapkan uang tunai. Apalagi Indonesia juga rawan gempa yang guncangannya bisa berdampak pada aliran listrik.

Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira, Indonesia masih belum bisa sepenuhnya cashless apabila infrastruktur listrik dan internet masih belum stabil. Listrik merupakan infrastruktur yang sangat krusial dalam mewujudkan masyarakat nontunai.

"Cashless butuh infrastruktur listrik dan internet yang stabil. Terutama warung- warung kecil, kalau mati listrik ya tidak bisa bayar pakai uang elektronik," kata Bhima.

Gangguan listrik yang berimbas ke jaringan telepon dan internet juga mempengaruhi jual beli secara online. Pesanan jadi terlambat, dan konsumen mengeluh. Menurut Bhima, kerugian ekonomi secara total ditaksir bisa menembus triliunan jika kondisi pemadaman terus berlanjut selama 2-3 hari. Apalagi lebih dari 70 persen uang beredar di Indonesia terpusat di DKI Jakarta. 

Perusahaan pembayaran digital Gopay menyebutkan, meskipun beroperasi seperti biasa, adanya gangguan pasokan listrik yang berimbas pada jaringan komunikasi selular berakibat pada pemesanan layanan Gojek dan pembayaran menggunakan Gopay. "Tidak stabilnya kualitas layanan internet mengakibatkan kendala pemesanan layanan Gojek atau pembayaran dengan GoPay di beberapa area," ujar Head of Corporate Communications GoPay Winny Triswandhani.

Untuk itu ia menghimbau agar para pengguna memastikan koneksi yang lancar saat melakukan pemesanan layanan Gojek atau pembayaran dengan Gopay.

Sementara itu, marketplace Bukalapak dan Tokopedia mengaku tidak mengalami dampak signifikan atas pemadaman listrik ini. Namun, Bukalapak berharap pemadaman listrik ini tidak berlangsung lama, sehingga pemesanan bagi para pelapak dapat berjalan dengan lancar.

"Jika kemarin terdapat kesulitan seperti akses internet dan sebagainya di beberapa pengguna, kami berharap itu tidak berlangsung lama, sehingga semua kegiatan operasional yang menyokong UMKM dapat segera berjalan seperti biasa," kata Head of Corporate Communications Bukalapak Intan Wibisono. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement