REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO dan Pendiri Wardah Cosmetics Nurhayati Subakat membagikan tip bagi para Muslimah yang ingin terjun ke dunia bisnis. Selain harus serius dan fokus, menjalankan usaha juga mesti memiliki tekad yang kuat.
Selama 34 tahun berkecimpung di industri, ada dua kunci yang membuatnya bisa bertahan. "Menurut saya, kuncinya dua, mau dan bisa," kata Nurhayati kepada, Senin (29/7).
Mau artinya punya kemauan yang kuat dalam menjalankan bisnis sehingga bisa fokus dan bekerja keras. Bisa artinya harus banyak belajar, ulet, dan pantang menyerah.
Nurhayati mengatakan, seorang pengusaha harus paham apa yang ia kerjakan. Pengusaha juga tidak boleh berhenti belajar dan mengerti dunia yang ia perjuangkan. "Kita harus kerja keras dan belajar terus, tawakal dan lakukan ikhtiar sempurna," kata perempuan berusia 68 tahun tersebut.
Perjalanan Nurhayati menjalankan bisnis tak selalu mulus. Pada suatu masa, ia mengaku pernah mencapai titik terendah dalam berbisnis, yaitu menghadapi musibah kebakaran yang menghanguskan usaha yang telah ia bangun. Ia hampir putus asa. Namun, ia percaya pada pertolongan Allah SWT.
Bergantung pada Allah SWT, kata dia, menjadi satu-satunya cara hingga akhirnya ia bisa bangkit. Saat itu, Nurhayati mendapatkan pembiayaan dari bank dalam jumlah besar untuk kembali membangun bisnisnya. Padahal, saat itu ia tak punya cukup aset untuk dijadikan sebagai jaminan. "Niat untuk berbisnis juga menjadi penting karena dari sanalah arah usaha ditentukan."
Tip yang diberikan Nurhayati tersebut untuk menimpali harapan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menginginkan ada makin banyak Muslimah di Indonesia menjadi pengusaha saat menghadiri acara Rakernas Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia di Jakarta, kemarin. Menurut JK, perempuan memiliki peluang yang lebih terbuka pada era saat ini.
Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah Tri Hastuti mengatakan, ada berbagai hal yang harus dilakukan pemerintah agar ada makin banyak pengusaha Muslimah. Menurut dia, pemerintah harus membantu melalui kebijakan dan regulasi.
Dia berharap pemerintah membuat program pemberian modal khusus untuk pengusaha perempuan. Untuk mewujudkan itu, pemerintah bisa bekerja sama dengan perbankan.
Selain itu, pemerintah harus memberikan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kemampuan para pengusaha perempuan agar lebih dapat bersaing. Kemudian, memberikan akses pasar sampai pelosok-pelosok agar para pengusaha perempuan bisa menjual produk-produk mereka.
"Intinya, pemerintah harus lebih memberikan peluang kepada para pengusaha perempuan melalui kebijakan yang lebih berpihak. Termasuk memberi kemudahan kepada para pengusaha mikro dan kecil untuk membuat perizinan," katanya.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebelumnya juga mendorong agar umat Islam mau menjadi pengusaha. Menurut Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abbas, umat Islam kekurangan pengusaha sehingga membuat ekonomi syariah sulit untuk tumbuh.
"Itu yang harus kita isi. Pengusaha ini paling strategis dan bisa menjadi penentu suatu negeri," kata Abbas, beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan umat Islam telah menguasai sembilan dari 10 elite strategis dalam suatu negara, tetapi di sektor pengusaha masih minim. Kalangan elite tersebut menentukan corak dan ritme kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu mengatakan, terdapat sembilan elite strategis yang sudah diisi umat Islam. Di antaranya politisi, cendekiawan, profesional, birokrat, pendidik, pekerja sosial, budayawan, dan TNI/Polri.
"Hanya satu yang tidak ada di tangan kita, yaitu pengusaha. Justru pengusaha ini paling strategis. Dia jadi penentu suatu negeri yang menguasai sumber daya material. Mereka jadi penentu, misalnya orang Yahudi di Amerika Serikat," katanya.
Oleh karena itu, Anwar mendorong agar umat Islam serius di bidang bisnis sehingga pada masa mendatang akan makin banyak pengusaha Muslim yang peduli terhadap ekonomi umat. Menurut dia, dunia pendidikan juga memiliki peran dalam menumbuhkan pengusaha. Dunia pendidikan di Indonesia diharapkan tak lagi berorientasi memunculkan para lulusan siap kerja. Akan tetapi, lulusan pendidikan itu juga harus bisa menjadi pebisnis.
Menurut dia, pendidikan di sekolah dan kampus memiliki kurikulum yang tertinggal dengan pasar yang pergerakannya lebih cepat. Ilmu di dunia pendidikan cenderung mengkaji ilmu-ilmu yang telah usang. Dengan kata lain, kurikulum selalu tertinggal pasar yang penuh inovasi.
"Maka anak didik harus diberi materi tidak hanya teori, tapi juga praktik yang sesuai dengan kondisi terkini," kata dia.
(antara ed: satria kartika yudha)