REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Unit Usaha Syariah (UUS) Bank Tabungan Negara (BTN) siap untuk spin off tahun 2020. BTN Syariah mencatatkan pertumbuhan aset di level 19,67 persen yoy menjadi Rp 29,17 triliun pada semester I 2019. Level kenaikan aset tersebut disokong peningkatan pembiayaan sebesar 16,54 persen yoy menjadi Rp 23,16 triliun per Juni 2019.
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 18,15 persen yoy menjadi Rp 23,03 triliun pada akhir Juni 2019. Dengan capaian kinerja tersebut, per Juni 2019, BTN Syariah meraup laba senilai Rp 105,23 miliar.
Direktur Utama BTN, Maryono menyampaikan BTN komitmen untuk membuat UUS tumbuh dengan kinerja yang positif. "Hal ini penting karena kami juga ingin UUS BTN dapat spin off dari induk yang diharapkan akan dilakukan pada 2020 mendatang," kata Maryono.
Secara kinerja pembiayaan, Plt. Direktur Keuangan Nixon Napitupulu memastikan kualitas pembiayaan khususnya pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Menurutnya, Non Performing Financing tercatat hanya 0,8 persen.
Sebelumnya, BTN Syariah mencatatkan NPF cukup tinggi karena pembiayaan bermasalah di sektor nonKPR. Yakni pembiayaan kredit tanpa agunan yang penyalurannya bekerja sama dengan koperasi-koperasi.
"Tapi karena ternyata manajemen risikonya buruk, pengurusan koperasinya kabur, jadi NPFnya tinggi," kata dia usai paparan kinerja Semester II 2019 BTN di Menara BTN, Jumat (26/7).
Sejak tahun lalu program tersebut akhirnya dihentikan dan strategi pembiayaan diarahkan kembali ke KPR. Menurutnya, pembiayaan perumahan tidak ada isu dan menjadi mayoritas dari portofolio pembiayaan syariah yakni sekitar 60-70 persen.