REPUBLIKA.CO.ID, FRANKFURT -- Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis (25/7) mempertahankan suku bunga utama untuk kawasan euro. ECB juga merevisi panduan ke depan dengan membuka kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter.
Bank sentral mengatakan dalam pernyataan keputusan kebijakan terbarunya bahwa mereka memperkirakan suku bunga utama tetap pada level mereka saat ini atau lebih rendah setidaknya sampai paruh pertama 2020.
ECB menggarisbawahi perlunya sikap yang sangat akomodatif dari kebijakan moneter untuk jangka panjang sejak tingkat inflasi, baik yang realisasi maupun yang diproyeksikan, bertahan di bawah level yang ditargetkan.
Pihaknya 'bertekad untuk bertindak' jika prospek inflasi jangka menengah tetap di bawah target dan akan siap untuk menyesuaikan semua instrumen ekonominya, untuk memastikan bahwa inflasi bergerak ke arah tujuannya secara berkelanjutan.
ECB juga mengatakan telah menugasi Komite Eurosystem yang relevan dengan memeriksa langkah-langkah mitigasi seperti desain sistem berjenjang untuk remunerasi cadangan, dan opsi untuk ukuran dan komposisi potensi pembelian aset bersih baru yang sebagian besar sejalan dengan harapan pasar.
Suku bunga dasar zona euro akan tetap di 0,00 persen, dengan suku bunga pinjaman marjinal dan suku bunga deposito tetap masing-masing di 0,25 persen dan minus 0,40 persen, menurut bank sentral.
Inflasi di kawasan euro sangat rendah. Tingkat inflasi tahunan adalah 1,3 persen pada Juni, naik dari 1,2 persen pada Mei, masih jauh dari target ECB yang hanya di bawah 2,0 persen.
"Kami tidak menyukai apa yang kami lihat," kata Presiden ECB Mario Draghi pada konferensi pers, Kamis (25/7). Ia menegaskan bahwa ECB bertekad untuk bertindak.
Draghi mengatakan perdagangan internasional yang lemah dan ketidakpastian global membebani prospek ekonomi zona euro, termasuk sekarang kemungkinan pemberlakuan Brexit. Dia mengatakan rebound yang diantisipasi sebelumnya pada paruh kedua tahun ini "menjadi kurang mungkin," tetapi risiko untuk resesi juga cukup rendah, mengutip tanda-tanda ketahanan di pasar tenaga kerja.
Ia menggambarkan manufaktur yang lemah di Jerman dan Italia sebagai akibat dari 'guncangan istimewa'. Ia percaya kebijakan fiskal akan sangat penting jika situasinya semakin buruk, mengingat fakta bahwa banyak yang telah dilakukan dalam kebijakan moneter.
Dukungan dari kebijakan fiskal akan memungkinkan kebijakan moneter untuk melakukan apa yang dilakukannya dengan efek samping yang lebih sedikit dan lebih cepat, katanya.
Draghi juga menepis kekhawatiran akan penyusutan daya saing, dengan mengatakan konsensus internasional untuk menghindari hal itu adalah pilar sistem multilateral saat ini.
Keputusan ECB datang setelah Draghi mengisyaratkan kecenderungan ke arah kebijakan dovish pada Juni, di sebuah forum ECB di Sintra, Portugal. Analis percaya bahwa ECB membuka jalan bagi paket aksi dalam pertemuan September.
Lusinan bank sentral di seluruh dunia mengadopsi pelonggaran kebijakan moneter tahun ini. Kasus terakhir adalah bank sentral Korea Selatan, yang minggu lalu secara tak terduga menurunkan kebijakan suku bunganya. Pasar juga percaya Federal Reserve akan menurunkan suku bunga dalam pertemuan minggu depan.
ECB terakhir memangkas suku bunga pada Maret 2016, mengadopsi suku bunga deposito saat ini minus 0,4 persen.
Para pemberi pinjaman khawatir suku bunga yang sangat rendah akan merusak profitabilitas mereka. Deustche Bank, bank komersial terbesar Jerman menyatakan keprihatinannya dalam laporan sementara yang dirilis pada Rabu (24/7).
Pernyataan Kamis (25/7) menegaskan kembali harapan bahwa ECB mungkin akan mengikuti untuk memperkenalkan sistem berjenjang seperti yang dilakukan bank sentral lain dengan suku bunga negatif, di mana beberapa deposito dapat dikecualikan atau dikenakan suku bunga yang berbeda.
Draghi akan digantikan oleh Christine Lagarde pada Oktober, yang ia dukung pada konferensi pers dengan mengatakan Lagarde akan menjadi presiden ECB yang luar biasa.