Kamis 25 Jul 2019 07:11 WIB

Jumlah Lahan Puso Bertambah Ribuan Hektare

Lahan puso paling banyak terjadi di Pulau Jawa.

Petani berada di areal sawah miliknya yang kekeringan di Desa Pegagan, Kecamatan Terisi, Indramayu, Jawa Barat, Senin (15/7/2019).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Petani berada di areal sawah miliknya yang kekeringan di Desa Pegagan, Kecamatan Terisi, Indramayu, Jawa Barat, Senin (15/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Jumlah luas lahan padi yang mengalami gagal panen akibat kemarau terus bertambah. Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, terdapat 12 ribu hektare lahan puso dari total 1,5 juta hektare sawah dengan tegakan padi. Jumlah lahan puso tersebut bertambah ribuan hektare dibandingkan per awal Juli yang tercatat seluas 9.358 hektare.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Sarwo Edhy mengatakan, total luas lahan padi terdampak kekeringan mencapai 120 ribu hektare. "Paling banyak di Pulau Jawa. Purwakarta salah satu daerah yang juga terdampak," kata Edhy ketika meninjau sawah yang mengalami kekeringan di Desa Cibodas, Kecamatan Bungursari, Rabu (24/7).

Menurut dia, wilayah yang sudah mengalami kekeringan adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, dan Nusa Tenggara. Sementara, wilayah lainnya masih relatif aman karena masih turun hujan. "Di Jabar, daerah yang paling terdampak kekeringan dan puso terluas adalah Kabupaten Indramayu," ujar dia.

Untuk mengurangi dampak kekeringan, Kementaan memberikan bantuan pompa berikut selang airnya. Tahun ini, kata dia, Kementan menyiapkan 20 ribu unit pompa air untuk disebar ke wilayah yang mengalami kekeringan. Khusus untuk Purwakarta, Kementan dalam tiga tahun terakhir memberikan bantuan 300 unit pompa air. Bantuan terbaru berupa pipa air sepanjang 7.500 meter. Pipa tersebut sangat bermanfaat bagi petani karena menambah daya jangkauan pipanisasi.

Selain pompanisasi, Kemenetan menyarankan pemerintah daerah mengusulkan pembangunan embung air. Dengan catatan, embung tersebut dibangun di atas lahan milik pemerintah ataupun tanah desa agar tidak menimbulkan sengketa pada kemudian hari.

Meski situasi kekeringan seperti ini, Edy mengklaim hal tersebut tidak akan terlalu mengganggu produksi padi nasional. Sebab, luas lahan kekeringan dan yang mengalami puso masih di bawah 10 persen dari total lahan yang telah ditanami padi.

Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Agus Rachlan Suherlan, memaparkan, luas lahan puso di wilayahnya semakin bertambah. Dari 1.500 hektare lahan yang mengalami kekeringan, sebanyak 256 hektare lahan mengalami puso. "Saat ini, kami bersama petani berjuang untuk menyelamatkan ribuan hektare sawah yang kekeringan itu. Supaya tidak puso," ujarnya.

Ketua Kelompok Tani Saluyu, Desa Cibodas, Kecamatan Bungursari, Amu Mulyana, mengaku, ada 25 hektare sawah milik para petani setempat yang terancam kekeringan. Hampir setiap malam para petani melakukan pompanisasi agar sawah tersebut tak mengalami puso.

"Air di saluran yang melintasi sawah masih cukup. Tapi, kendalanya harus disedot. Sebab, posisi saluran itu berada di bawah area persawahan," katanya.

Di Kabupaten Indramayu, luas lahan puso juga terus bertambah. Banyaknya pintu air yang rusak turut menambah parahnya kondisi kekeringan akibat musim kemarau.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, Takmid, menyebutkan, berdasarkan data per 24 Juli 2019, luas area tanaman padi yang mengalami kekeringan di Kabupaten Indramayu mencapai 15.504 hektare. Area yang kekeringan itu terdiri atas kategori kekeringan berat 4.218 hektare, kekeringan sedang 2.436 hektare, dan kekeringan ringan 3.184 hektare.

''Sedangkan, sisanya yang mencapai 5.666 hektare, mengalami puso,'' ujar Takmid kepada Republika, Rabu (24/7) sore.

Selain tanaman yang sudah mengalami kekeringan seluas 15.504 hektare, saat ini lahan seluas 6.935 hektare juga terancam kekeringan. Jika tidak segera mendapat pasokan air yang cukup, lahan tersebut akan turut mengalami kekeringan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement