REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) menggandeng Unicef melaksanakan program Literasi Kelas Awal (Early Grade Literacy) untuk anak-anak di Kabupaten Supiori, Papua. Program tersebut digelar bertepatan dengan peringatan Hari Anak Nasional 2019.
“Semangat pembangunan dengan menitikberatkan pada kemampuan mendasar seorang individu ini harus terus didukung sejak dini, diantaranya dengan melakukan perbaikan di lini utama sumber pendidikan anak yaitu rumah dan sekolah,” ujar Sharia, Government Relations and Community Investment Director Prudential Indonesia Nini Sumohandoyo.
Menurut Nini, program ini sejalan dengan fokus perusahaan untuk mewujudkan kebajikan dan memberdayakan masyarakat secara berkelanjutan. Melalui inisiatif Community Investment, Prudential ingin memastikan anak-anak di Papua, khususnya Kabupaten Supiori, Papua, mendapatkan pendidikan yang baik seperti anak-anak di wilayah lainnya.
Program Literasi Kelas Awal ini menyasar 2.000 siswa kelas 1-3 SD di 40 sekolah dasar. Lebih dari itu, 4.000 orang tua juga akan mendapatkan pendampingan literasi dan pemahaman akan pentingnya pendidikan yang berkualitas. Untuk mengakselerasi tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Supiori, program ini menyasar peningkatan literasi anak sejak dini, baik di rumah maupun sekolah.
Menurut Nini, permasalahan pendidikan, khususnya literasi kelas awal, harus disinergikan secara lintas sektor karena dengan memiliki literasi yang baik dimulai dari kelas 1-3 SD, anak dapat mudah memahami materi pelajaran, mampu meneruskan tingkatan pendidikan sekolahnya dan meraih cita-citanya.
Sebagai informasi, saat ini penduduk Indonesia yang telah melek aksara mencapai 97,9 persen, namun masih ada sekitar 2,06 persen atau sekitar 3,4 juta orang yang masih buta aksara. Sebanyak 28 persen dari jumlah tersebut merupakan penduduk di Papua. Padahal, tingkat buta aksara di suatu wilayah menunjukkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) wilayah tersebut.
Data Unicef 2018 menunjukkan, 5 dari 10 anak di Tanah Papua yang tinggal di daerah pinggiran dan pedalaman belum bisa membaca. Oleh karena itu, untuk memastikan kesejahteraan anak di masa mendatang, hak dasar anak atas akses ke pendidikan harus dipenuhi.