Ahad 21 Jul 2019 22:51 WIB

Pengusaha Targetkan Ekspor Sarang Burung Walet Meningkat

Kemendag berkunjung ke China untuk melobi syarat dan proses ekspor.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Ratna Puspita
 Pekerja penangkaran burung walet menyortir sarang walet selepas panen.
Foto: Antara/Budi Candra Setya
Pekerja penangkaran burung walet menyortir sarang walet selepas panen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPBSI) Boedi Mranata berharap, ekspor sarang burung walet di tahun ini dapat meningkat hingga dua kali lipat. Harapan ini disampaikan seiring dengan kunjungan Kementerian Perdagangan (Kemendag) ke China untuk melobi syarat dan proses ekspor sarang burung walet ke Negeri Tirai Bambu agar dipermudah.

Boedi mengatakan, PPBSI mengapresiasi kunjungan tersebut, terutama oleh para eksportir sarang burung walet. Sebab saat ini, pelaku usaha memang masih merasakan kesulitan untuk mengekspor sarang burung walet ke China akibat persyaratan yang ketat. 

Baca Juga

"Mungkin syarat-syarat ketat itu dicoba agak diperlunaklah, agak digampangkan. Sebab dengan syarat yang ketat itu memang masuk pasar ke China lebih sulit ya," ujar Boedi dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (21/7).

PPBSI menargetkan ekspor sarang burung walet ke China mencapai 140 ton pada tahun 2019 apabila upaya yang dilakukan Kemendag menbuahkan hasil positif. Jumlah tersebut setara dua kali lipat jumlah ekspor sarang burung walet ke China pada tahun 2018 yang sebesar 70 ton. Sementara total sarang burung walet yang bisa Indonesia ekspor ke pasar global sepanjang tahun 2018 sebanyak 1596 ton. 

Selain kemudahan, Boedi menjelaskan, PPBSI berharap kuota ekspor sarang burung walet dapat bertambah seiring kunjungan Kemendag ke China untuk mendorong ekspor komoditas tersebut. Sebab, saat ini, pemerintah China hanya memberi kuota impor sarang burung walet dari Indonesia sebanyak 150 ton dalam setahun.

"Dua kali lipat udah happy-lah. Nanti tahun depan nambah lagi," ujarnya. 

Sementara itu, pengamat perdagangan internasional Universitas Indonesia Fithra Faisal juga menilai, langkah Kemendag menyambangi China untuk mendorong ekspor sejumlah komoditas merupakan tindakan tepat. Namun, ia juga mengingatkan, pemerintah harus cermat dalam melakukan negosiasi dagang dengan China.

Sebab, negara tersebut cenderung akan menawarkan produknya untuk dijual ke Indonesia sebagai timbal balik. "Biar bagaimanapun, saya rasa ini sebuah strategi yang cukup baik ya. Karena memang selama ini kan kita tidak terlalu aktif dalam melakukan pendekatan dari sisi ekspor," tutur Fithra.

Menurut Fithra, China merupakan negara aliansi strategis di masa depan. Hal ini mengingat China diprediksi akan mengalihkan jaringan produksinya ke Asia, terutama Asia Tenggara. Pasalnya, saat ini, Amerika sudah menjadi rival perdagangan China sehingga China diprediksi akan terkonsentrasi pada Asia dalam membuat jaringan produksi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement