REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam acara Visi Indonesia di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor akhir pekan lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan lima sasaran prioritas program kerja, salah satunya sumber daya manusia (SDM). Berkaitan dengan dunia ligistik, Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengatakan untuk mendorong kinerja logistik dibutuhkan SDM yang kompeten dalam pengelolaan rantai pasok perusahaan.
"Kinerja logistik ini akan mempengaruhi daya saing produk agar bisa bersaing di dalam maupun luar negeri," kata Setijadi, Selasa (16/7).
Dia mengharapkan Kompetensi SDM logistik dapat meningkatkan kualitas dan kompetensi logistik Indonesia. Berdasarkan Logistics Performance Index (LPI) yang dikeluarkan oleh Bank Dunia pada 2018, lanjut dia, kualitas dan kompetensi logistik Indonesia menempati peringkat ke-44.
Hal tersebut memperlihatkan peringkat Indonesia di atas Filipina (peringkat 69), Brunei Darussalam (77), Laos (83), Kamboja (111), dan Myanmar (128). Namun, masih di bawah Singapore (peringkat 3), Thailand (32), Vietnam (33), dan Malaysia (36).
Selain itu, dia menuturkan pnguasaan kompetensi logistik juga diperlukan bagi SDM di berbagai kementerian atau lembaga. "Pemahaman terhadap rantai pasok misalnya, penting dalam pengambilan kebijakan pengelolaan barang kebutuhan pokok dan barang penting. Demikian pula halnya dalam upaya peningkatan ekspor," jelas Setijadi.
Setijadi juga menilai Peningkatan kompetensi SDM bidang logistik juga sangat penting dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0. Hal tersebut menurutnya sejalan dengan arahan Jokowi terkait penyediaan SDM bidang logistik yang profesional dan kompeten dapat dikembangkan melalui pendidikan formal keilmuan dan vokasi serta jalur pengembangan profesi logistik.
Untuk itu, Setijadi memaatikan saat ini SCI memiliki program
Pelatihan Persiapan Sertifikasi Kompetensi Profesi Supply Chain Manager (SCM) yang telah terselenggara dalam 17 batch sejak 2016. "Pelatihan telah diikuti oleh sebanyak 252 peserta dari perusahaan-perusahaan logistik, distribusi, transportasi, kurir, manufaktur, dan retailer, serta pengelola infrastruktu atau fasilitas logistik seperti bandara, pelabuhan, dan terminal kereta api," ungkap Setijadi.
Melalui uji kompetensi tersebut, hingga saat ini sebanyak 89 orang telah dinyatakan kompeten dalam bidang logistik. "Pengakuan atas kompetensi ini merupakan pengakuan secara nasional karena materi mengacu terhadap SKKNI logistik dan sertifikat dikeluarkan oleh LSP atas nama Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)," jelas Setijadi.
Hanya saja, Setijadi mengakui jumlah SDM logistik yang telah tersertifikasi tersebut masih sangat sedikit. Dia mengharapkan rencana Jokowi yang akan terus memfasilitasi pengembangan kualitas SDM juga difokuskan untuk bidang logistik.