Senin 15 Jul 2019 12:25 WIB

BI: Indonesia Jadi Destinasi Investasi Global

Pemerintah perlu menjaga inflasi untuk mendorong investasi dalam negeri.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Bank Indonesia
Foto: Republika/Prayogi
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia menyebut saat ini Indonesia menjadi salah satu destinasi investasi global. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus menunjukkan tren yang positif, dengan rata-rata di atas 5 persen per tahun.

Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsah mengatakan kepercayaan para investor terhadap Indonesia juga terlihat dari peningkatan pembanguan infrasturktur yang telah dilakukan pemerintah. Inflow yang masuk ke obligasi negara mempersepsikan investor global sangat positif ke Indonesia. 

Baca Juga

"Mereka (para investor) melihat kebijakan fiskal di Indonesia cukup makroprudensial dan kebijakan moneter juga hati-hati,” ujarnya saat acara ‘Bank OCBC NISP Coffee Morning’ di Plataran Menteng, Jakarta, Senin (15/7).

Menurut Nanang, pihaknya terus mencermati kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal perekonomian Indonesia dalam mempertimbangkan penurunan suku bunga. Hal ini sejalan dengan rendahnya inflasi dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

“Kami terus menjaga inflasi tetap terkendali karena inflasi penting untuk mendorong investasi dalam negeri,” ucapnya. 

Tak hanya itu, pihaknya juga terus memastikan stabilitas sistem keuangan yang selalu terjaga dengan baik. Setidaknya, para investor akan melihat Indonesia dari pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan pasar keuangan yang efisien.

“Indonesia growth sustainble dan strong. Kedua hal yang menyakinkan investor. Kalau makro tidak stabil terutama inflasi tinggi, suku bunga fluktuasi dan rupiah gejolak maka menibulkan ketidakpastian,” ungkapnya.

Kendati demikian, menurut Nanang, Indonesia masih menghadapi tantangan seperti nilai tukar rupiah yang bergejolak dan melebarnya defisit neraca perdagangan Indonesia. 

“Nilai tukar menjadi tantangan karena kita hidup pada iklim dunia yang tidak ramah, membuat balance payment tertekan, harga komiditas menurun,” ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement