REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gojek sebagai penyedia layanan on-demand terbesar di Indonesia berkomitmen untuk menghadirkan ruang yang aman bagi pengguna. Hal itu hanya bisa diwujudkan melalui edukasi yang bersifat preventif.
"Bagi kami, rasa aman adalah kebutuhan mendasar bagi mitra dan pengguna," kata Senior Manager Corporate Affairs Gojek, Alvita Chen, dalam jumpa pers di Yogyakarta, Kamis (11/7).
Menurut dia, pengembangan fitur bisa menopang rasa aman pengguna ketika sedang berada dalam perjalanan. Akan tetapi, edukasi mitra tidak boleh dilupakan.
"Edukasi mitra membekali mitra dengan pengetahuan yang tepat sehingga tahu bagaimana caranya mencegah hal-hal yang dapat menyebabkan gangguan keamanan. Dengan demikian terbentuk budaya peduli aman di lingkungan masing-masing," ujar Alvita.
Berangkat dari kepedulian tersebut, Gojek berupaya menjadi pelopor pada industri ride-hailing untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai kekerasan di ruang publik, termasuk kekerasan seksual. Untuk itu, Gojek menggandeng Hollaback! Jakarta, organisasi nirlaba yang berfokus mencegah dan menghentikan kekerasan seksual di ruang publik, serta Rifka Annisa Woman Crisis Center.
"Kami mengapresiasi langkah yang telah dilakukan Gojek. Kerja sama ini tentu membawa angin segar bagi gerakan melawan kekerasan di ruang publik," kata Co-Director Hollaback! Jakarta, Anindya Restuviani.
Keberadaan pelatihan seperti ini juga menjadi langkah pencegahan yang mampu meminimalisir gangguan keamanan dan rasa khawatir masyarakat saat menggunakan transportasi umum," kata Training Officer Rifka Annisa, Khoirun Ni'mah.
Selain memberikan edukasi yang bersifat preventif, Gojek juga menurunkan risiko keamanan melalui pengembangan fitur keamanan yaitu 'Bagikan Perjalanan' (Share Trip) dan 'Tombol Darurat' (Emergency Hotline). Gojek pun menyediakan unit darurat khusus yang aktif 24 jam sehingga sigap merespons laporan atas berbagai kasus.