Rabu 10 Jul 2019 15:01 WIB

Industri Manufaktur Dalam Negeri tak Terimbas Perang Dagang

Industri manufaktur justru perlu memanfaatkan peluang di tengah kondisi global.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolanda
Pelepasan Ekspor Manufaktur. Kapal kontainer ukuran raksasa CMA CGM mengisi muatan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/5).
Foto: Republika/ Wihdan
Pelepasan Ekspor Manufaktur. Kapal kontainer ukuran raksasa CMA CGM mengisi muatan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina cukup memberikan dampak ke sejumlah negara. Namun, hal tersebut tampaknya tidak terlalu berpengaruh di Indonesia khususnya bagi industri manufaktur lokal. 

Presiden Direktur PT Arkha Jayanti Persada Tbk, Dwi Hartanto, meyakini industri manufaktur lokal akan terus tumbuh selama mendapat dukungan dari pemerintah. "Dengan digalakkannya program kerja dari bapak presiden terkait infrastruktur, maka kami percaya bahwa industri kami ini akan terus meningkat," ujar Dwi, Rabu (10/7).

Di samping itu, menurut Dwi, perusahaan manufaktur di Indonesia hanya bergantung dengan kondisi perekonomian dalam negeri. Justru, lanjut Dwi, industri manufaktur dalam negeri bisa memanfaatkan peluang di tengah kondisi global yang tidak kondusif ini.

Karena tidak adanya ketergantungan dengan pihak luar, Dwi menegaskan, industri infrastruktur dalam negeri bisa tetap maju dan berkembang dibandingkan industri di negara-negara lain. Dwi mengatakan, selama ini perusahaannya lebih banyak menjalin kontrak dengan BUMN.

Beberapa proyek infrastruktur BUMN yang dikerjakan oleh Perusahaan diantaranya rel kereta api rute Jombang-Madiun dan staiun Jatinegara. Selain itu, pada semester I, Perusahaan sudah merealisasikan kerja sama dengan PT PP dan PT Swadaya Graha.

Di semester dua ini, Perusahaan menargetkan dapat menyerap kontrak baru senilai Rp 75 miliar hanya dari proyek infrastruktur saja. Sementara di semester I, Perusahaan sudah mendapatkan kontrak baru senilai Rp 25 miliar.

Tahun lalu, Perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar Rp 104,33 miliar dan laba sebesar Rp 2,11 miliar. "Target pertumbuhan tahun ini untuk top line dan botom line antara 30 sampai 40 persen," ujar Dwi.

Sedangkan dari sisi produksi alat berat, Perusahaan menargetkan peningkatan kapasitas produksi hingga 70-80 persen. Menurut Dwi, kapasitas produksi Perusahaan selama ini maksimal hanya mencapai 20 persen. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement