Ahad 07 Jul 2019 18:12 WIB

Dampak Kemarau, 600 Hektare Sawah Bogor Terancam Gagal Panen

600 hektare sawah Bogor dilanda kekeringan.

Rep: Zainur Mashir Ramadhan/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi kekeringan.
Foto: ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Ilustrasi kekeringan.

REPUBLIKA.CO.ID,  BOGOR – Memasuki musim kemarau, Kabupaten Bogor saat ini juga mulai terdampak kekeringan. Selain dari air bersih, ratusan hektare sawah juga terancam gagal panen atau puso jika tidak ada hujan dalam waktu dekat.

Kepala Dinas Tanaman Pangan Holtikulturan dan Perkebunan (Distanhorbun), Siti Nurianti, mengatakan saat ini Kabupaten Bogor memang sedang mengalami kekeringan. Hal tersebut ditandai dengan adanya 600 hektare sawah di Jonggol dan Cariu yang sedang mengalami kekeringan.  

Baca Juga

Dia mengatakan, dalam prosesnya memang ada beberapa sawah yang sudah di panen, namun, hasilnya tidak maksimal karena kekurangan air irigasi. 

Menurut dia, dari setiap hektare sawah yang biasanya bisa menghasilkan sekitar enam ton, kini hanya mampu mengasilkan empat ton dengan kualitas yang tidak lebih baik dari biasanya.  

“Tetapi kemarin ada hujan. Walaupun hasil ke depannya tidak maksimal, tetapi itu lumayan,”ujar dia kepada Republika.co.id, Ahad (7/7). 

Dia menuturkan, sekitar 20 hingga 30 hektare dari total 600 hektare sudah di panen, sedangkan 30 persennya diperkirakan akan mengalami kesulitan panen. Dia menambahkan, lebih dari 10 hektare sawah di Jonggol dan Cariu juga sudah didaftarkan ke asuransi tani.

 “Jadi seandainya dia gagal panen maka akan mendapat penggantian dari Jasindo. Kerugian kedepan mungkin akan banyak, dihitung rata-rata produksi saja,” ujar dia.  

Dia mengatakan, jika dalam satu bulan ke depan tidak ada hujan, maka bisa diperkirakan kerugian dari puso akan lebih dari Rp 3 miliar. Dia menuturkan, saat ini bantuan air masih dirasa sulit, dikarenakan sumber air terdekat dengan sawah mencapai dua kilometer.

“Itu biasanya kan ada alternatif dari embung, di Jonggol dan Cariu juga ada dua, tetapi khusus bagian sawah yang kekeringan tadi itu memiliki lokasi ke sumber air yang jauh,”kata dia.

Siti mengatakan, selain menampung air di embung, pihaknya juga akan mengusulkan pengadaan dam untuk mendukung sistem pengairan ke depannya. Menurut dia, saat ini rencana pengusulan ada di lokasi yang memang sangat membutuhkan dengan luasnya sekitar 10 hektare.

 “Karena Embung itu tidak bisa terlalu besar, saat ini kita sedang ajukan dam, semoga bisa disetujui,” ujar dia. Dia menegaskan, jika rencana tersebut bisa disetujui, maka pihaknya akan langsung menuju proses Detail Engineering Desain (DED).

Dia menuturkan, pada 2015 lalu, Kabupaten Bogor juga sempat mengalami kekeringan. Kendati demikian, kekeringan tersebut tidak terlalu parah. Sebab masih ada beberapa sumber air termasuk embung yang bisa digunakan. Menurut dia, di masa kekeringan seperti saat ini, pihaknya telah menyiapkan pompa untuk beberapa daerah yang kekeringan.

Siti menegaskan, dalam kekeringan beberapa tahun lalu tersebut, pihaknya sudah melakukan penanaman bergilir bagi tanaman non-padi. Sambungnya, tanaman itu juga telah diikutsertakan para petani pada asuransi, untuk menekan biaya kerugian. Kendati demikian, pihaknya saat ini memastikan tidak akan terjadi gagal panen yang bisa mengganggu pasokan beras bagi Kabupaten Bogor. Sebab, masih ada beberapa daerah lainnya yang konsisten memasok beras, seperti daerah Leuwisadeng, Tanjungsari, Tenjolaya, Sukamakmur dan lainnya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement