REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro mengatakan pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China sudah menuju kearah yang benar. Segala konsensi dengan China tentang Huawei hanya hal kecil di konteks kesepakatan perdagangan yang besar.
"Kami menuju arah yang sangat bagus, ini hal yang rumit, seperti yang presiden katakan, sebenarnya, ini akan butuh waktu dan kami ingin hasil baik, jadi mari lakukan dengan benar," kata Navarro kepada stasiun televisi CNBC, Rabu (3/7).
Dalam pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di pertemuan G-20 di Osaka, Jepang, pekan lalu disepakati kedua negara memulai kembali negosiasi perdagangan. Sebelumnya, negosiasi mengakhiri perang dagang mengalami kebuntuan sejak bulan Mei lalu.
Pencabutan larangan ekspor barang-barang Huawei menjadi elemen kunci dalam kesepakatan tersebut. AS dapat lebih banyak menjual teknologi ke perusahaan raksasa telekomunikasi China tersebut.
Pada Mei lalu AS memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam barang ekspor karena masalah keamanan dalam teknologi jaringan 5G. Navarro mengecilkan konsensi Huawei dengan mengatakan kebijakan AS sehubungan dengan komponen-komponen Huawei yang dianggap dapat digunakan untuk memata-matai tidak berubah.
"Yang kami lakukan pada dasarnya mengizinkan penjualan ke Huawei dan ini barang-barang teknologi rendah yang tidak berdampak pada keamanan nasional apa pun, dalam skema jangka waktu pendek ini menjual chip ke Huawei, dalam jumlah kecil, kurang dari satu miliar dolar AS per tahun," kata Navarro.
Kepada surat kabar Financial Times, pendiri dan Direktur Huawei Ren Zhengfei mengatakan perusahannya tetap bersedia membeli produk dari perusahaan AS. Tapi pelonggaran larangan tidak berdampak banyak untuk bisnis Huawei karena menyesuaikan era permusuhan Amerika yang baru.
Navarro mengatakan Washington masih terus berkerja sama dengan sekutu-sekutunya untuk memastikan mereka tidak menggunakan teknologi 5G Huawei. Tapi Gedung Putih setuju mengizinkan penjualan chip dalam jumlah kecil untuk membawa kembali China ke meja perundingan dan mengamankan pembelian produk pertanian AS dalam jumlah besar.
"Kami tidak akan mengorbankan apa pun untuk mendapatkan trik politik murahan, rencana permainan China secara keseluruhan tidak hanya didominasi 5G tapi juga teknologi kecerdasan buatan, blockchain, dan kami tidak dapat membiarkan itu terjadi," ujar Navarro.