Senin 01 Jul 2019 12:34 WIB

IPO, Krida Jaringan Nusantara Tercatat Sebagai Efek Syariah

Dari IPO, Krida Nusantara meraup dana segar Rp 30,30 miliar

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Data komposisi investor saham syariah terhadap total investor Bursa Efek Indonesia.
Foto: dok. BEI
Data komposisi investor saham syariah terhadap total investor Bursa Efek Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Krida Jaringan Nusantara Tbk (KJN) resmi mencatatkan saham perdana (Initial Public Offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang bergerak di bisnis pengiriman paket dan logistik ini resmi menjadi emiten ke-18 yang mencatatkan sahamnya dan masuk kategori efek syariah.

Efek Syariah itu ditetapkan melalui Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor: KEP-29/D.04/2019 pada 23 Mei. Dari IPO ini, Perusahaan meraup dana segar senilai Rp 30,30 miliar dengan melepas sebanyak-banyaknya 30 persen saham baru dari total modal yang ditempatkan dan disetor penuh.

Baca Juga

Sebelumnya, KJN telah melakukan penawaran umum pada 21-24 Juni 2019 dengan harga penawaran Rp 202 per lembar. Pada masa penawaran terjadi oversubscribed sebanyak 4,58 kali.

"Oversubscribed ini membuktikan bahwa publik memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap kami," ujar Direktur Utama KJN Dewi Prasetyaningsih, di gedung BEI, Senin (1/7).

Dana dari IPO ini rencananya akan digunakan untuk pembelian tanah. Di atas tanah ini akan didirikan bangunan yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan seperti penyimpanan barang paket.

Pada tahun ini, perusahaan akan fokus melakukan pengembangan jaringan outlet di area Jabodetabek. Setidaknya hingga akhir tahun ditargetkan akan ada penambahan sampai 400 outlet. Sementara pada 2020, jumlah outlet ditargetkan mencapai 1000. Outlet ini akan dikerjasamakan dengab konsep kemitraan yang didukung oleh jaringan infrastruktur logistik dan beckend teknologi informasi.

Dari segi pendapatan, Perusahaan menargetkan meraih pendapatan sebesar Rp 13,7 miliar. Menurut Dewi, ada kenaikan target lebih dari 100 persen dibandingkan 2018. Hal itu karena Perusahaan mulai merambah ke pasar e-commerce.

Jasa ekspedisi barang diprediksi akan naik sebesar 14,7-15 persen atau nilai pasar sebesar Rp50 tirliun, dimana e-commerce memberikan kontribusi sebesar 25 persen. Hal tersebut didukung dengan trend pengiriman logistik e-commerce yang tumbuh positif 7,9 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement