Rabu 26 Jun 2019 20:08 WIB

Pembangunan Terminal LNG di Tanjung Perak Digarap 3 Fase

Dengan pasokan LNG yang semakin lancar, biaya produksi bisa ditekan.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas PT Perusahaan Gas Negara (PGN) saat melakukan perawatan jaringan gas (Jargas) di Kabupaten Sorong, Papua Barat, Rabu (26/6/2019).
Foto: Antara/Olha Mulalinda
Petugas PT Perusahaan Gas Negara (PGN) saat melakukan perawatan jaringan gas (Jargas) di Kabupaten Sorong, Papua Barat, Rabu (26/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak usaha Perusahaan Gas Negara (PGN) yakni PT PGN LNG Indonesia (PLI) bekerja sama dengan PT Pelindo Energi Logistik (PEL) akan menggarap tiga fase pembangunan terinal LNG di Terminal Teluk Lamong, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Pada fase pertama, pembangunan akan fokus kepada fasilitas regasifikasi di kawasan lepas pantai dan menggunakan storage sementara, dengan utilisasi kapal LNG ukuran sedang yang sesuai ukuran jetty (dermaga) eksisting di Terminal Teluk Lamong.

“Perpipaan dari jetty menuju onshore regasification unit akan sangat efisien karena bisa ditempatkan di atas pilecap conveyor yang sudah ada untuk melayani bongkar curah kering di Terminal Teluk Lamong. Sedangkan luasan area yang disiapkan Pelindo III untuk fasilitas regasifikasi mencapai 2,5 hektare, sehingga sangat memadai,” ujar Dirut PGN Gigih Prakoso.

Baca Juga

Fase kedua yaitu pembangunan terminal pengisian LNG skala kecil (Iso Tank 20 feet – 40 feet container) untuk distribusi LNG di luar sistem pipa PGN dan ship to truck LNG bunkering. Fase paling akhir mencakup pembangunan tangki LNG permanen. Dimulai dengan dengan ukuran 50.000 cbm, sebagai pengganti floating storage untuk memenuhi kebutuhan suplai gas sistem pipa PGN di Jawa Timur.

Fasilitas tersebut dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan sampai dengan 180 MMSCFD. Pengoperasian penuh pada 2023, dan dapat berkembang untuk pemenuhan semua kebutuhan gas di Jawa Timur sebesar 600 MMSCFD dalam jangka panjang.

Gigih Prakoso mengungkapkan pembangunan permanen yang bertahap ini akan mengurangi biaya Capex dan Opex secara signifikan bila dibandingkan dengan fase-fase awal sebagai solusi sementara. “Salah satu biaya terbesar dalam pembangunan small scale LNG terminal adalah pembangunan jetty dan fasilitas pelabuhan,” ujarnya.

Direktur Utama Pelindo III Doso Agung mengatakan terminal LNG ini menjadi langkah sinergi BUMN untuk menopang kebutuhan gas di Jawa Timur. Sebab, terminal LNG bisa memasok hingga 30 MMSCFD.

"Adanya fasilitas ini akan meningkatkan reliability (kehandalan) dan sustainability (keberlanjutan) pasokan gas ke para pelanggan seperti industri, ritel, dan kelistrikan,” kata Doso Agung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement