REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren penutupan gerai ritel modern masih terus berlanjut. Kali ini, giliran Giant milik PT Hero Supermarket Tbk yang memutuskan untuk menutup sebanyak enam gerainya.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, melihat penutupan gerai oleh sejumlah perusahaan ritel modern ini disebabkan karena adanya perlambatan konsumsi rumah tangga atau penurunan daya beli. "Kelas menengah dan atas cenderung menahan belanja karena pendapatan disektor komoditas, real estate dan industri menurun," ujar Bhima, Senin (24/6).
Selain itu, menurut Bhima, faktor lainnya yang cukup berpengaruh yaitu berlangsungnya instabilitas politik. Hal ini membuat orang malas untuk berbelanja. Sementara dari sisi retail, sejumlah biaya terus meningkat mulai dari operasional, sewa tempat, hingga biaya logistik.
Sebut saja biaya tol yang mengalami kenaikan ditambah beban biaya tarif listrik. Sehingga margin keuntungan untuk pengusaha ritel pun jadi semakin tipis. Menurut Bhima, upaya yang bisa dilakukan untuk membuat industri ini tetap bertahan yaitu dengan memberikan insentif pajak. Salah satunya keringanan pajak pph badan untuk pengusaha ritel.
Di samping itu, pemberian diskon PPN produk tertentu juga bisa membantu konsumen tertarik untuk belanja. "Diskon tarif listrik di pusat perbelanjaan untuk tekan biaya sewa dan operasional," ujar Bhima.
Sebelumnya, Giant dikabarkan akan menutup enam gerai ritelnya yang berada di wilayah Jabodetabek pada 28 Juli 2019 mendatang. Adapun keenam gerai tersebut antara lain Giant Ekspres Cinere Mall, Giant Ekspres Mampang Prapatan, Giant Ekspres Pondok Timur, Giant Ekstra Wisma Asri, Giant Ekstra Jatimakmur, dan Giant Ekstra Mitra 10 Cibubur.