Senin 24 Jun 2019 17:24 WIB

Menhub: Angkutan Bus O-Bahn Cocok di Surabaya

O-Bahn diterapkan sebagai solusi atas kemacetan di kota-kota besar.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolanda
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengikuti rapat kerja dengan Komisi V DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (12/6/2019).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengikuti rapat kerja dengan Komisi V DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (12/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menilai penerapan moda transportasi O-Bahn cocok diterapkan di Kota Surabaya, Jawa Timur. Budi beralasan, Surabaya memiliki jalanan yang cukup lebar sehingga mampu menampung ruang untuk O-Bahn. Selain itu, O-Bahn memang diterapkan sebagai solusi atas kemacetan di kota-kota besar di Indonesia, termasuk Surabaya. 

"Dia (Surabaya) butuh terobosan dari daerah tertentu yang sudah macet, jadi kita harus elevated," kata Menhub usai bertemu Presiden Jokowi di Istana, Senin (24/6).

Angkutan O-Bahn memang sedang dirancang untuk diterapkan di Tanah Air. Moda transportasi yang pertama kali diterapkan di Jerman ini diyakini bisa mengefisienkan lahan karena menggabungkan antara bus rapid transit (BRT) dan light rail transit (LRT). Bus bisa melaju di atas jalanan biasa dan kemudian berlanjut ke "rel" yang khusus dibuat untuk bus.

"O-Bahn itu bus pakai jalan dan pakai rel. Dia bisa saja di jalan umum tapi bisa di elevated. Jadi kita bisa mengefisienkan jalan yang sudah ada. Tapi, daerah-daerah tertentu yang membutuhkan suatu percepatan kita elevated," kata Budi. 

Budi menargetkan, perencanaan teknis O-Bahn bisa segera dimulai pada 2020. Sementara, studinya sudah dilakukan sejak 2019 ini. 

O-Bahn merupakan bagian dari sistem transit bus cepat. O-Bahn ini memadukan konsep BRT dan LRT dalam satu jalur yang sama. 

Bus ini memiliki roda pandu yang berada di samping ban depan bus. Roda pandu ini menyatu dengan batang kemudi roda depan sehingga ketika bus memasuki jalur O-Bahn, sopir tak perlu lagi mengendalikan arah bus karena roda pandu akan mengarahkan bus sesuai dengan arah rel pandu serta mencegah bus terperosok ke celah yang ada di jalur.

Sistem ini pertama kali diterapkan di Kota Essen, Jerman, dan saat ini sudah digunakan di berbagai negara seperti Australia dan Jepang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement