Sabtu 22 Jun 2019 17:59 WIB

Perlu Penyiapan Inovasi Iptek dan SDM untuk Bangun Perikanan

Caranya antara lain memperkuat kerja sama peneliti, industri dan pemerintah.

Pakar kelautan dan perikanan, Prof Dr Rokhmin Dahuri.
Foto: Dok Rokhmin Dahuri
Pakar kelautan dan perikanan, Prof Dr Rokhmin Dahuri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pakar kelautan dan perikanan, Prof Rokhmin Dahuri diundang oleh Kemenko Maririm untuk mengisi lokakarya “Pembangunan SDM dan IPTEK Bagi Pengembangan Perikanan Budidaya” di Hotel Aryaduta, Jakarta, Jumat (21/6).

Dalam kesempatan tersebut, Rokhmin memberikan pemaparan tentang pentingnya penyiapan inovasi iptek dan SDM untuk  menopang pembangunan perikanan budidaya yang produktif, efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan.

Menurut Rokhmin, kebijakan dan program terkait pengembangan iptek dan SDM perikanan budidaya hendaknya diarahkan sebagai berikut, pertama, identifikasi hasil riset di sektor perikanan budidaya (aquaculture) yang sudah pada  segera di-“scaling-up” dan tahap prototipe  diindustrialisasi, sehingga bisa diproduksi secara masal dan komersial untuk memenuhi kebutuhan pasar (konsumen) domestik  maupun global. “Caranya adalah dengan   memperkuat  dan mengembangkan kemitraan ABG (Academicians/Researchers/Scientists – Business/Industry – Government),” kata Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB dalam rilis yang diterima Republika.co,id, Sabtu (22/6).

Kedua, kata menteri kelautan dan perikanan di Kabinet Gotong Royong, identifikasi dan pemetaan kebutuhan inovasi, riset, dan SDM Perikanan Budidaya di masa mendatang berdasarkan pada: (1) prediksi kebutuhan dan life-style manusia (pangan, sandang, perumanhan, kesehatan, pendidikan, transportasi, komunikasi, kenyamanan, kecepatan, fleksibilitas, security, dan lain-lain); (2) potensi produksi (supply) bagi pemenuhuan kebutuhan dan life-style secara alamiah; (3) perkembangan iptek; dan (4) kapasitas iptek nasional saat ini. 

“Ketiga, pengembangan inovasi, riset, dan SDM untuk setiap jenis komoditas akuakultur dan industri bioteknologi perairan harus meliputi seluruh supply chain dari sistem bisnis pangan laut: pra-produksi – produksi – handling & processingtransportation and distribution – marketing,” papar Honorary Ambassador of Jeju Islands and Busan Metropolitan City, Republic of Korea.

Keempat, menyiapkan dan mengimplementasikan kebijakan, program, dan strategi: (1) pendidikan, (2) R & D, dan (3) scaling-up dan industrialisasi berdasarkan pada hasil kajian butir-1 dan butir-2. “Kelima, kebijakan politik-ekonomi (moneter, fiskal, perbankan, insentif dan disinsentif, dan lain-lain) harus kondusif,” ujarnya. 

Terkait kebutuhan inovasi, riset, dan SDM perikanan budidaya, ketua umum Masyarakat Akuakultur Indonesia itu  mengusulkan agar diarahkan ke budidaya di laut (mariculture), budidaya di perairan payau (tambak), budidaya di PUD (sungai, danau, waduk, dan saluran irigasi), budidaya di kolam air tawar,  budidaya di sawah (minapadi) dan budidaya dalam akuarium. 

“Pengembangan spesies-spesies baru yang dapat dibudidayakan (domestikasi) untuk di perairan  laut, payau, tawar, dan akuarium  penting. Sebab,  sebagai negara dengan aquatic biodiversity tertinggi di dunia, Indonesia baru mampu membudidayakan sekitar 25 spesies. Sedangkan, China telah membudidayakan lebih dari 100 spesies,” kata  Member of International Scientific Advisory Board of Center for Coastal and Ocean Development, University of Bremen, Germany.

photo
Susana lokakarya “Pembangunan SDM dan IPTEK Bagi Pengembangan Perikanan Budidaya” yang diadakan oleh Kemenko Maritim, di Jakarta, Jumat (21/6).

Tidak kalah pentingnya, kata Rokhmin, pengembangan teknologi offshore aquaculture dan deep sea aquaculture; pengembangan induk dan benih unggul: SPF, SPR, cepat tumbuh, rasa lezat, adaptif terhadap perubahan iklim global; pengembangan pakan berkualitas yang murah, seperti dengan menggunakan microalgae, magot, trashed fish dan by-catch (sekitar 25 persen  dari total catch), dan lain-lain. 

Selain itu, Rokhmin menambahkan, pengembangan teknologi pemberian pakan yang lebih efisien dan murah, seperti automatic feeder, dan lain-lain; pengembangan teknologi pengendalian hama dan penyakit, seperti memproduksi vaksin, obat-obatan, biological control, Integrated Pest Management, dan lain-lain; serta pengembangan teknologi pembesaran (rearing) yang lebih produktif, efisien, dan sustainable: tambak udang biocerte, multitrophic-based aquaculture, probiotic, tambak udang supra intensif, dan lain-lain.

“Kita juga perlu memperhatikan pengembangan teknologi pond engineering: design dan layout kolam, material dan konstruksi KJA, design dan konstruksi akuarium;  serta pengembangan teknologi dan prosedur biosecurity,” papar Prof Rokhmin Dahuri. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement