REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Meski dengan anggaran minim, program kerja di Kementerian Pertanian tetap berjalan dengan baik. Bahkan mencapai level tinggi hingga melebihi target yang ditetapkan nasional.
"Terobosan yang dilakukan dalam pengelolaan anggaran selama empat tahun terakhir sangat berdampak luas terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan petani," ujar Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ketut Kariyasa pada Jumat (21/6).
Seperti diketahui bersama, pada tahun 2014 lalu jumlah anggaran yang dialokasikan untuk Kementan sebesar Rp 32,72 triliun. Namun pada tahun berikutnya nilainya terus menurun. Di tahun 2018 misalnya, anggaran yang dialokasikan hanya sebesar Rp 21,71 trilun atau turun 33,65 persen.
"Walaupun anggarannya turun, tapi sebaliknya dalam empat tahun terakhir produksi dan PDB Sektor Pertanian terus tumbuh positif," katanya.
PDB sektor pertanian pada 2014 mencapai Rp 880 triliun. Kemudian di tahun berikutnya angkanya meningkat menjadi Rp 1.005 triliun atau tumbuh sebesar 3,7 persen. Dengan demikian, angka di atas merupakan capaian yang melebihi target 3,5 persen.
"Dengan memperhatikan rasio antara PDB dan jumlah anggaran yang dialokasikan tersebut, tampak dengan jelas bahwa ada lonjakan efektivitas yang luar biasa dalam penggunaan anggaran pada sektor pertanian," katanya.
Efektivitas penggunaan anggaran yang dimaksud Kariyasa adalah: sektor pertanian selama 2014-2018 mencapai 72,11 persen atau meningkat rata-rata 14,71 persen pertahun, dimana nilai pada tahun tersebut hanya 29,91 atau 46,31 persen untuk tahun 2018.
"Maka tidak berlebihan pertama dalam sejarah, kami mendapat opini WTP dari BPK tiga tahun berturut-turut (2016; 2017 dan 2018) dan juga penghargaan anti gratifikasi terbaik dari KPK dua tahun berturut-turut (2017 dan 2018)," katanya.
Kementan selama ini memangkas habis-habisan semua anggaran yang dinilai tidak penting. Kemudian menggunakannya untuk pemenuhan dan kebutuhan para petani di seluruh daerah.
Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan petani terus ditingkatkan, namun sebaliknya anggaran untuk kegiatan yang tidak penting dipangkas. "Ini bisa dilihat bahwa hampir 85 persen dari anggaran yang dialokasin digunakan untuk bibit, benih, alsintan dan yang lainya. Sementara sisanya 3 persen untuk belanja operasional saja," katanya.
Kariyasa mengatakan, terobosan dan pengelolaan anggaran ini sangat berdampak pada meningkatnya ekspor produk pertanian selama empat tahun terakhir yang mencapai 26,9 persen.
Kondisi ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan pengelolaan anggaran tahun 2014, dimana belanja operasional saat itu mencapai 48 persen. Sedangkan anggaran untuk petani hanya diberi kuota 35 persen.
"Kemudian pasokan pangan dalam negeri juga mampu menurunkan inflasi bahan pangan secara konsisten, sehingga baru pertama kali dalam sejarah inflasi makanan/pangan pada tahun 2018 turun menjadi 1,26 persen, yang sebelumnya masih bertengger pada angka 10,57 persen," katanya.
Di sisi lain, Kementan juga memiliki kontribusi besar dalam menurunkan angka penduduk miskin di perdesaan. Angkanya hingga 13,20 persen dari angka sebelumnya 14,32 persen.
"Kementan terus berupaya untuk meningkatkan efektivitas penggunaan anggaran ke depan, serta terus melakukan terobosan dalam meningkatkan kapasistas produksi dalam negeri yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan petani," pungkasnya.