REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Andhika Prastawa mengatakan hingga awal 2019 tercatat pengguna pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) mencapai 660 pengguna.
"Di September 2017 terdapat 400-an pengguna, di pertengahan 2018 itu sudah 600-an," kata Andhika dalam diskusi manfaat energi surya menurut pengusaha Indonesia yang bertemakan "Atapku Sudah, Atapmu?", di Jakarta, Kamis (20/6). Pada 2017 hingga pertengahan 2018, jumlah pengguna PLTS cukup banyak karena ada Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap yang dideklarasikan pada September 2017.
Dari jumlah 660 pengguna itu, 40 persen hingga 50 persen merupakan rumah tangga, sedangkan sisanya persennya dari sektor komersial, industri dan bisnis. Dia mendorong agar sektor komersial dan industri lebih semarak untuk berpartisipasi membangun PLTS untuk setidaknya memenuhi kebutuhan listrik mereka.
Dia mengatakan untuk percepatan pembangunan PLTS, dapat dilakukan beberapa hal antara lain untuk sektor rumah tangga, diharapkan nilai tukar energinya bisa dikembalikan 100 persen, karena sekarang 65 persen, jadi setiap menghasilkan 1 kwh seakan-akan hanya memiliki 0,65 kwh.
Kemudian industri dapat diberikan kelonggaran biaya pemasangan PLTS dibandingkan sebelumnya.