Rabu 19 Jun 2019 13:29 WIB

E-Commerce Hingga Fintech Berlomba Gaet Investor Milenial

Marketplace dan e-commerce kini menjadi primadona para milenial untuk berinvestasi

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Generasi milenial.
Foto: pexels
Generasi milenial.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gaya hidup konsumtif dengan teknologi kini mulai diimbangi oleh tren pengenalan investasi mudah di berbagai macam platform, mulai dari online, marketplace hingga e-commerce. Para milenial sebagai pengguna terbesar platform-platform tersebut, mendominasi jumlah investor di setiap platform.

Dengan begitu berkembangnya teknologi dan fintech, telah mendorong industri keuangan dari berbagai platform untuk serius menggarap pasar milenial. Marketplace dan e-commerce kini sudah terbukti menjadi primadona dalam mendorong investasi pada kalangan milenial. Marketplace penjualan reksadana Bareksa sejak awal dibentuk untuk target pasar generasi milenial.

Baca Juga

"Jadi dari awal kami berdiri, jika di breakdown berdasarkan umur, 75 persen itu dibawah 35 tahun (milenial)," ujar Chief Business Development Officer Bareksa, Ni Putu Kurniasari kepada Republika.co.id, Selasa (18/6).

Dalam menyasar konsumen yang lebih luas lagi, Bareksa bekerja sama dengan e-commerce untuk mengedukasi masyarakat terkait reksadana dengan lebih masif. Apalagi jumlah pengguna e-commerce sudah sangat besar.

Menurut data Bareksa, sejak kerja sama dengan e-commerce seperti Bukalapak dan Tokopedia, jumlah investor tumbuh sekitar 160 persen dari 80 ribu di tahun 2016. "Untuk produk, jumlahnya cukup imbang antara reksadana saham dan pasar uang. Tapi kita edukasinya lewat reksadana pasar uang dulu (di e-commerce)," kata Putu.

Bukalapak menyebut, jumlah investor fitur produk reksadana BukaReksa telah mengalami peningkatan sebesar 140 persen dibandingkan dengan tahun lalu, dan 75 persen diantaranya berasal dari kalangan milenial (usia 18-35 tahun).

"Untuk jumlah transaksinya sendiri saat ini terjadi peningkatan sebesar 171 persen dibanding dengan tahun lalu," kata Head of Investment Solutions Bukalapak, Dhinda Arisyiya.

Selain reksadana, fitur investasi lainnya yang kini mulai populer di e-commerce yakni emas, juga mengalami tren peningkatan. Sejak diluncurkan pada tahun 2017 lalu, peningkatan transaksi BukaEmas saat ini dibanding dengan tahun lalu adalah sebesar lebih dari 15 kali lipat. Jumlah investornya saat ini sudah mencapai lebih dari 2 juta investor, dan meningkat 11 kali lipat jika dibandingkan dengan tahun lalu.

"Dari BukaEmas ini banyak menarik investor pemula, yang baru coba-coba. Apalagi bisa beli pakai cashback, makanya banyak yang tertarik coba," kata President dan Co-Founder Bukalapak M Fajrin Rasyid.

Sementara itu di Tokopedia, pengguna Reksa Dana telah tumbuh 37 kali lipat sejak pertama kali diluncurkan pada Maret 2018. Di sisi lain, sejak diluncurkan pada Januari 2019, peningkatan jumlah pengguna Tokopedia Emas mencapai 14 kali lipat. Selain itu, produk reksadana syariah Tokopedia juga menarik banyak investor milenial.

"Sejak pertama kali diluncurkan pada Mei 2019, jumlah pengguna Tokopedia Reksa Dana Syariah mengalami peningkatan jumlah pengguna sebesar 12 kali lipat. Penggunanya berasal dari berbagai latar belakang, tidak terkecuali anak muda," ujar VP of Corporate Communications Tokopedia, Nuraini Razak.

Adapun untuk fintech peer to peer lending (P2P), juga menjadi primadona sebagai wadah investasi. Dengan imbal hasil dari investasi di P2P Lending yang tinggi, mencapai 18-22 persen per tahun menjadikan investasi di P2P Lending sangat menarik untuk diversifikasi investasi, maupun investasi pemula.

Kemudahan yang diberikan melalui digital maupun online, serta nominal investasi yang kecil, merupakan salah satu hal yang menarik minat kalangan muda dalam berinvestasi di P2P Lending.

"Mayoritas 70 persen (lender) millennial dari lebih dari 80 ribu pemberi pinjaman yang terdaftar di Modalku," kata Co Founder dan CEO Modalku, Reynold Wijaya.

Dia menjelaskan, Modalku memudahkan para lender dari kalangan milenial untuk berinvestasi dengan nilai deposit yang cukup rendah, yakni minimal Rp 3 juta untuk pertama kali deposit. Dan untuk pendanaan atau alokasi ke pihak UMKM bisa dimulai dari Rp 100 ribu saja.

Perusahaan fintech Akseleran memiliki jumlah lender dari generasi milenial sebanyak 77 persen dari 85 ribu lender per April 2019, yang  berkontribusi terhadap 51 persen dari total seluruh pemberian dana pinjaman yang diberikan.

Chief Credit Officer & Co-Founder Akseleran Christopher Gultom mengatakan, sebanyak 50 persen lender berada di usia 26-35 tahun, dengan nilai investasi berkisar antara Rp 15 juta per lender. Investasi melalui platform digital ini juga berhasil menarik lender lebih muda, yakni berusia di bawah 25 tahun (28 persen) dengan rata-rata investasi di angka Rp11 juta per lender.

"Secara umum pekerjaan para lender di Akseleran adalah pegawai. Profesinya beragam, ada yang driver ojek online hingga pegawai kantoran. Kalau profesi lainnya juga ada yang dari kalangan mahasiswa maupun pengusaha," jelas Christopher.

Perusahaan fintech syariah Alami Sharia melihat peluang bisnis dari minat generasi milenial dalam belajar berinvestasi syariah. CEO Alami Sharia, Dima Djani, mengatakan pihaknya telah mengembangkan platform yang lebih menarik untuk investor milenial agar berminat berinvestasi di fintech syariah.

"Strateginya kami menjaring lewat media sosial seperti Instagram. Kami juga kembangkan platform yang lebih menarik untuk investor milenial," kata Dima.

Industri perbankan juga tengah serius menggarap pasar milenial. Seperti PT Bank Commonwealth yang membidik kaum milenial untuk produk wealth management-nya. Produk investasi terbarunya, SiMuda Investasiku telah dirilis dengan meramu tiga produk investasi yakni tabungan, asuransi, dan investasi reksa dana dalam satu produk khusus untuk para milenial.

Selain itu, Commbank juga mengembangkan aplikasi wealth management SmartWealth untuk mengelola portofolio investasi milenial. Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth Ivan Jaya mengatakan, awalnya aplikasi ini hanya ditujukan untuk nasabah prioritas dengan tabungan minimum Rp 1 miliar, namun saat ini bank tengah mengembangkannya agar dapat digunakan oleh seluruh nasabah, termasuk generasi milenial.

"Karena yang butuh wealth management bukan hanya nasabah prioritas. Apalagi yang masih muda punya appetite untuk diversifikasi investasi," jelas Ivan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement