REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebut perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan Cina berdampak pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satunya terhadap masuknya investasi asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) ke dalam negeri.
Kepala BKPM Thomas Lembong memperkirakan investasi asing langsung akan semakin positif akibat dampak dua negara ekonomi terbesar itu. Sekaligus mendorong pelaku industri untuk merelokasi pabriknya ke kawasan di luar negara yang berseteru.
"Banyak sekali industri mau merelokasi pabriknya dari Cina ke kawasan lain atau tempat di mana. Para investor merasa sudah punya exposure yang berlebihan sekarang mereka sadar harus mendiversifikasi lokasi-lokasi pabrik," ujarnya usai Halalbihalal BKPM di Gedung BKPM, Jakarta, Selasa (18/6).
Menurutnya Indonesia dengan modal ekonomi stabil akan menjadi incaran investor. Tak hanya itu, Indonesia juga memiliki stabilitas politik cukup stabil.
"Indonesia tidak ada blunder yang signifikan tidak ada volatilitas yang berlebihan, stabil, rasional, pelan-pelan reformis di tengah dunia yang penuh dengan ketidakpastian. Bahkan dari waktu ke waktu banyak kekacauan, kita ini seperti oasis stabilitas dan akal sehat," ungkapnya.
Lembong mengungkapkan saat ini banyak negara yang terpukul juga dengan penurunan ekonomi global. "Katakan ada sebuah perusahaan internasional kebanyakan pabrik di negara tertentu. Kalau tiba-tiba negara itu dipilih oleh Presiden Trump untuk diajak berantem, kan sebuah risiko yang harus ditanggapi," ucapnya.
Kendati demikian, Lembong mengakui adanya perang dagang mulai berdampak melalui pasar uang dan pasar modal, dengan mengetatnya likuiditas dolar AS dan kondisi di pasar keuangan. Hal ini dikarenakan investor cenderung menarik dananya dan diparkir ke aset aman atau safe haven, seperti obligasi pemerintah AS dan dolar AS.
"Sehingga dolar menjadi mahal dan langka. Jadi sementara ini dampak utama kepada sektor investasi dari perang dagang melalui dampak negatif kepada kondisi pasar uang dan likuiditas di keuangan dan peruangan regional dan nasional," ungkapnya.