REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih baik pada tahun depan. Setidaknya ada empat faktor yang melandasi keyakinan tersebut, termasuk perbaikan kondisi ekonomi global, sehingga berdampak pada pertumbuhan kinerja ekspor Indonesia.
Perry mengatakan, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan mencapai 3,4 persen pada 2020 atau naik dari tahun ini, 3,3 persen. Demikian juga dengan harga komoditas yang diprediksi naik.
"Pertimbangan ini memberikan peluang bahwa ekspor Indonesia akan lebih baik," tuturnya dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Senin (17/6).
Perry memprediksi, pertumbuhan ekspor Indonesia pada tahun depan dapat menyentuh 4,4 hingga 4,8 persen dibanding dengan tahun ini. Angka tersebut memang lebih kecil dibanding dengan target pertumbuhan ekspor versi pemerintah pada 2020 yang mencapai 5,5 sampai 7,0 persen.
Perry menyebutkan, target ekspor yang lebih rendah dari versi pemerintah tersebut dikarenakan industri akan mengalami kesulitan pada tahun depan. "Terlalu sulit untuk ditingkatkan," ujarnya.
Di sisi lain, Perry menambahkan, konsumsi dan investasi swasta akan terus tumbuh. Dalam konteks ini, arah dari perkembangan industri akan sejalan dengan keyakinan pemerintah terhadap perbaikan kondisi ekonomi domestik.
Faktor lainnya yang mendasari optimisme pemerintah adalah kebijakan pemerintah dan BI yang responsif. Perry memastikan, BI akan terus menempuh sejumlah kebijakan akomodatif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Likuiditas dan penyaluran kredit perbankan terus dipastikan terjaga seiring dengan relaksasi kebijakan makro Indonesia.
Dengan berbagai faktor tersebut, Perry menyebutkan, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 berada di kisaran 5,1 hingga 5,5 persen atau titik tengah di 5,3 persen.
Ada dua skenario yang disampaikan Perry dari prediksi tersebut. Pertumbuhan ekonomi dapat menyentuh berada di bawah titik tengah apabila perang dagang terus berkelanjutan dan memburuk. "Dampaknya, pertumbuhan ekonomi dunia tidak lebih tinggi, sehingga tidak bisa mendorong ekspor kita," tuturnya.
Tapi, skenario berikutnya, pertumbuhan ekonomi dapat berada di atas titik tengah apabila pemerintah terus melakukan kebijakan yang memprioritaskan kinerja ekspor dan mendorong penanaman modal asing (PMA). Berbagai kebijakan ini akan menentukan apakah Indonesia mampu memitigasi penurunan pertumbuhan ekonomi dunia sebagai dampak dari perang dagang.