Rabu 12 Jun 2019 00:50 WIB

IC-CEPA Segera Berlaku, RI-Cile Harap Transaksi Dagang Naik

7.669 pos tarif bea masuk barang di Cile akan dieliminasi untuk produk asal Indonesia

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Aktivitas ekspor impor
Foto: Republika/Prayogi
Aktivitas ekspor impor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perjanjian dagang Indonesia-Cile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA) mulai berlaku pada 10 Agustus 2019 mendatang. Lewat IC-CEPA, masing-masing negara melakukan pembebasan bea masuk untuk perdagangan barang satu antara satu sama lain. Kedua negara berharap, transaksi perdagangan terus meningkat seiring ketegangan perang dagang tingkat global yang masih berlangsung.

Pada Selasa (11/6), kedua negara melakukan pertukaran Instrument of Ratification (IoR) sebagai tahap akhir dari perjanjian kedua negara. Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, mengatakan, adanya kemajuan dari kesepakatan dagang tersebut memberikan sinyal positif untuk perdagangan Indonesia dan Cile.

Di tengah perang dagang yang tak kunjung usai, perjanjian dagang komprehensif menjadi sistem perdagangan multilateral yang dapat saling menguntungkan satu sama lain. "Indonesia dan Cile sudah menyelesaikan seluruh legal prosedur. Saya apresiasi tim kedua negara yang sudah menyelesaikan proses ini," ujar dia.

Dalam perjanjian IC-CEPA, sebanyak 89,6 persen atau 7.669 pos tarif bea masuk barang di Cile akan dieliminasi untuk produk-produk asal Indonesia. Sementara, di Indonesia, sebanyak 86,1 persen atau sebanyak 9.308 pos tarif bea masuk untuk produk impor dari Cile akan dieliminasi. 

Enggartiasto menyebut, pada 2018 lalu, nilai perdagangan antara Indonesia dan Cile hanya sekitar 274 juta dolar AS. Adapun sepanjang kuartal I 2019, total nilai perdagangan keda negara baru mencapai 56,1 juta dolar AS. Lebih detail, total nilai ekspor Indonesia ke Cile sebesar 34,9 juta dolar AS dan impor 21,2 juta dolar AS. 

Cile, kata Enggartiasto, merupakan negara tujuan ekspor Indonesia ke-55. Produk ekspor utama ke Indonesia saat ini yakni alas kaki, pupuk, mobil, surfaktan organik, kacang-kacangan, rumput laut, bit gula, dan tebu. Sementara, produk ekspor Cile ke Indonesia yakni buah anggur, tembaga, bubur kayu, bubur kayu kimia, bijih besi, lemak, dan minyak dari ikan atau mamalia laut. 

Setelah IC-CEPA diteken kedua negara, Indonesia berharap produk yang diperdagangkan menjadi lebih luas dan bertambah nilai. Ia menambahkan, Pemerintah Indonesia mendorong sektor swasta untuk mengembangkan kemungkinan produk-produk baru yang dapat diperdagangan. 

"Nilai perdagangan saat ini terlalu kecil. Saya percaya sektor bisnis kedua negara bisa meraih keempatan dengan angka yang lebih dari ini. Ini win-win solution kedua negara," ujar dia. 

Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Bidang Perdagangan Cile, Rodrigo Yanez Benitez, mengaku pihaknya sangat ambisius terhadap IC-CEPA untuk bisa meningkatkan hubungan dagang. Ia menyebut, nilai perdagangan Cile-Vietnam lewat perjanjian CEPA saat ini telah mencapai 1 miliar dolar AS. 

Oleh sebab itu, setelah IC-CEPA ditandatangani, Rodrigo mengatakan bukan tidak mungkin nilai perdagangan Indonesia dan Cile bahkan bisa lebih dari 1 miliar dolar AS. "Tidak ada alasan perdagangan Indonesia dan Cile tidak bisa melampaui angka itu. Diperlukan ambisi bersama dari seluruh pemangku kepentingan," ujarnya. 

Rodrigo menyebut, selain bermanfaat bagi sektor perdagangan, hubungan kedua negara akan semakin erat. Sebab, perjanjian perdagangan secara langsung akan memberikan lebih banyak kesempatan kerja dan peluang ekspansi para pelaku usaha. Dampak lain yang diharapkan yakni memberikan manfaat sosial bagi kedua negara. 

Bagi Cile, kata Rodrigo, Indonesia merupakan kunci utama di Asean karena Indonesia merupakan mitra dagang utama. Ia mengatakan, Cile juga dapat menikmati produk-produk berkualitas dari Indonesia seperti produk mebel, alas kaki, otomotif, serta minyak sawit. 

Indonesia, kata dia, juga dapat menjadikan Cile sebagai hub perdagangan ke 64 pasar di kawasan Amerika Selatan. "Cile punya posisi kuat dan menarik untuk ekspor Indonesia ke Amerika Selatan," ujarnya. 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement