Kamis 06 Jun 2019 21:30 WIB

Tak Semua Sektor Industri Terdampak Perang Dagang

Industri tekstil dan ban merasakan dampak positif dari perang dagang AS-Cina.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolanda
Pekerja menjahit kain di industri tekstil rumahan C59 di Bandung, Jawa Barat, Senin (25/6).
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Pekerja menjahit kain di industri tekstil rumahan C59 di Bandung, Jawa Barat, Senin (25/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perang dagang yang melibatkan Amerika dan China ternyata tak berdampak sepenuhnya pada seluruh sektor industri. Beberapa industri malah mengalami kenaikan ekspor.

Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Rosan Roeslani menilai meningkatnya eskalasi perang dagang ada imbas positifnya terhadap ekspor, khususnya tekstil di Indonesia. "Saya bicara ke teman-teman asosiasi tekstil mereka menyatakan ke saya ekspornya naik antara 25-30 persen, karena barangnya menjadi lebih menarik dan kompetitif karena yang di sana ada yang kena tarif, perusahaan ban juga sama ekspor ke AS juga naik," kata Rosan saat menggelar open house di rumahnya, Kamis (6/6).

Ia mengatakan selain peningkatan ekspor, efek perang dagang yang positif adalah mendorong relokasi pabrik. Indonesia, kata Rosan, perlu mendapatkan manfaat dari hal tersebut untuk meningkatkan investasi dari luar negeri.

"Mestinya kita ini sedang berkompetisi untuk menarik investasi masuk ke Indonesia dari relokasi. Karena kalau saya lihat kebanyakan investasi yang relokasi ini masuk ke Vietnam, Malaysia, Bangladesh masuk banyak, dan ke Thailand, ke kita memang masih agak kurang," jelas Rosan.

Dia pun mengakui bahwa perang dagang pasti berdampak ke Indonesia, meskipun belum terlalu besar. "Perang dagang itu, dampaknya ke Indonesia itu mestinya nggak terlalu besar. Karena Indonesia itu masih kecil sekali sebagai bagian dari global value chain kayak Vietnam, Malaysia dan Thailand." tambah Rosan.

Karena itu, upaya pemerintah untuk mencari pasar ekspor baru perlu dilakukan. Hal tersebut untuk memperkuat upaya-upaya yang sudah dilaksanakan selama ini. "Sebetulnya pemerintah sudah mencoba untuk membuka pasar baru, yang non tradisional, ke middle east, ke negara afrika, dan ke barang-barangnya juga variasinya diperbanyak," tutup Rosan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement