Rabu 05 Jun 2019 16:59 WIB

Pebisnis Minta Bukti Nyata Daya Saing Indonesia Naik

Pebisnis berharap kenaikan daya saing Indonesia bisa dibuktikan di lapangan

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Investasi (Ilustrasi))
Investasi (Ilustrasi))

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institute for Management Development (IMD) baru saja meningkatkan peringkat daya saing Indonesia dari posisi 43 menjadi 32 tahun ini. Kenaikan peringkat tersebut diharapkan menjadi sinyal positif terhadap aliran investasi yang masuk ke Indonesia. 

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani, mengatakan, kenaikan peringkat daya saing sebanyak 11 peringkat sangat disambut positif kalangan pengusaha. Sebab, kata dia, dibandingkan dengan banyak negara kawasan Asean, Indonesia tertinggal jauh. 

"Ini lompatan yang luar biasa. Peningkatan daya saing ini harus terus kita jaga. Akan tetapi, tidak hanya skor saja tapi juga implementasi di lapangan," kata Shinta kepada wartawan saat berkunjung ke kediaman Rumah Dinas Menko Perekonomian, Darmin Nasution di Jakarta, Rabu (5/6). 

Shinta mengatakan, pada akhirnya, berbagai prestasi Indonesia, termasuk kenaikan peringkat daya saing harus dibuktikan langsung di lapangan. Termasuk terhadap kemudahan pebisnis dalam berusaha di Indonesia yang ditunjukkan lewat sejumlah reformasi. 

"Beberapa hal utama yang harus ditunjukkan di lapangan antara lain deregulasi, lalu reformasi seperti ketenagakerjaan, perpajakan, serta pembangunan infrastruktur sebagai penunjang konektivitas," ujar dia. 

Meski demikian, Shinta memaklumi, hal-hal penting itu tidak semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah. Namun, juga menjadi fokus dunia usaha sebagai mitra pemerintah untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. 

Ia mengatakan, dunia usaha harus terus fokus bersama pemerintah, terlebih di tengah pelemahan pertumbuhan ekonomi global yang saat ini berdampak terhadap situasi perdagangan dunia. 

Bank Dunia pada Selasa (4/6) kemarin merilis laporan prospek ekonomi terbaru. Dalam laporan tersebut, proyeksi pertumbuhan ekonomi global dipangkas menjadi 2,6 persen dari proyeksi sebelumnya sebesar 2,9 persen. Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan mengalami perbaikan pada tahun 2020 mendatang menjadi sekitar 2,7 persen. 

Shinta mengatakan, penurunan proyeksi tersebut memang telah diprediksi dan diantisipasi oleh Indonesia. Menurut dia, pasca gelaran Pemilu usai, dunia usaha berharap situasi ekonomi dalam negeri tetap kondusif dan tahan terhadap dinamika global yang kian tak menentu. "Tentu saja kita harus mengantisipasi dari dalam negeri sendiri, kita tetap fokus," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement