REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengklaim mencatatkan kenaikan laba pada laporan keuangan 2018. Direktur Keuangan PLN, Sarwono mengatakan kenaikan laba sampai 162 persen.
Sarwono mengatakan, sampai saat ini, laporan keuangan tersebut masih dalam tahap audit BPK. "Laba naik, capai Rp 11,6 triliun, naik 162 persen dari 2017," ujar Sarwono di Kementerian BUMN, Rabu (29/5).
Sarwono menjelaskan kenaikan laba tersebut salah satunya didorong adanya penjualan listrik yang naik secara signifikan. Perusahaan juga melakukan berbagai langkah efisiensi agar keuangan tetap baik.
"Satu penjualan kita naiknya cukup besar, efisiensinya jg bagus sekali, ada juga dari DMO, itu faktor paling besar DMO," ujar Sarwono.
Sayangnya, Sarwono masih enggan untuk menjabarkan detail perolehan laba tersebut. Ia mengatakan, nanti akan dijelaskan detil melalui keterangan resmi tersendiri.
Plt Direktur Utama PLN, Djoko Abdumanan pun mengamini hal tersebut. Djoko menjelaskan terdongkraknya penjualan listrik karena memang konsumsi listrik mengalami pertumbuhan, hal ini juga sejalan dengan pertumbuhan pelanggan.
"Karena konsumsi naik, pertumbuhan pelanggan. Ya memang tidak seperti RUPTL yang mencapai tujuh persen, tetapi memang konsumsi nya tumbuh di atas lima persen," ujar Djoko.
Selain itu, kata Djoko, meroketnya laba PLN juga di adanya piutang dari PT PGN kurang lebih sebesar Rp 6 triliun. "PGN sudah mengakui itu piutang, dan sudah dicicil bayarnya. Sekitar Rp 6 triliun-an," kata Djoko.
Djoko juga menjelaskan bahwa dalam rapat tadi juga perusahaan meminta kepada pemerintah agar PLN tidak perlu membagi deviden dari laba bersih tersebut. Sebab, rencananya, laba tersebut akan digunakan perusahaan untuk investasi jangka panjang kedepan.
"Besarannya itu rahasia BUMN, tapi kami sedang minta kepada pemerintah untuk dividennya nol, jadi laba ditahan semua untuk investasi," tambahnya.
Perusahaan perlu mengantongi sekitar Rp 100 triliun untuk alokasi investasi. Apalagi perusahaan masih mempunyai utang yang perlu diselesaikan.
"Kami punya utang itu masih harus menambah utang lagi, tapi tetap pakai modal sendiri. Jadi kami minta itu (laba) bisa dipakai untuk investasi. Masih banyak yang harus diperbaiki," pungkas Djoko," ujar Djoko.