Rabu 29 May 2019 12:17 WIB

FAO Dukung Program Pengendalian Flu Burung Kementan

Angka tahunan kasus flu burung turun dari 2.751 pada 2007 menjadi 476 pada 2018.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Gita Amanda
Vaksin flu burung.
Foto: ABC News
Vaksin flu burung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO) mendukung Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) dalam pengendalian dan penanggulangan penyakit Avian Influenza (AI) atau yang lebih dikenal sebagai flu burung. Kementan mencatat, angka tahunan kasus flu burung turun dari 2.751 pada tahun 2007 menjadi 476 pada tahun 2018.

Penyakit tersebut disebabkan oleh virus influenza yang menyerang semua jenis unggas domestik termasuk ayam, bebek, dan burung puyuh, serta diketahui dapat menyebabkan tingkat kematian yang tinggi.

Baca Juga

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita menjelaskan, Flu burung merupakan penyakit yang dapat ditularkan ke manusia (zoonosis). Adapun virus flu burung di Indonesia ada sejak tahun 2003 yang menyebar ke beberapa wilayah dalam beberapa tahun saja.

“Dalam rangka melindungi kesehatan manusia dan produksi ternak unggas di Indonesia, pemerintah gencar melakukan program pengandalian dan penanggulangan flu burung,” kata Ketut dalam keterangan pers yang diterima Republika, Rabu (29/5).

Ketut menyampaikan apresiasi kepada FAO atas kontribusinya dalam program pengendalian penyakit flu burung di Indonesia. Dalam kerangka kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan FAO, pengendalian dititikberatkan pada peningkatan biosekuriti pada peternakan dan sertifikasi kompartemen bebas avian influenza (AI).

Selain itu, kata dia, program ini juga memantau dinamika virus yang beredar di lapangan untuk tujuan produksi dan penggunaan vaksin yang efektif dalam melindungi peternakan.

Adapun implementasi strategi tersebut diklaim berhasil menekan kasus flu burung di peternakan rakyat dan memberikan sertifikasi kompartemen bebas AI bagi peternakan komersial. Keberhasilan sertifikasi tersebut, menurut dia, membuat produk unggas Indonesia dapat diekspor ke beberapa negara. 

“Negara seperti Jepang yang persyaratan kesehatan hewannya sangat tinggi mau menerima produk unggas Indonesia sebagai bentuk pengakuan penjaminan keamanan dan kesehatan hewan Indonesia,” kata Ketut.

Di sisi lain, kerja sama berkelanjutan juga ditawarkan oleh FAO. Ketut menyambut baik tawaran kerja sama lanjutan ini dan berharap kegiatan kerja sama akan memberikan manfaat sebesar besarnya bagi pembangunan peternakan dan kesehatan hewan di Indonesia.

FAO Representative to Indonesia Bidang Kesehatan Hewan (FAO ECTAD) Stephen Rudgard mendukung program Indonesia dalam pengendalian dan penanggulangan flu burung sejak tahun 2006. Menurut dia, sepanjang kerja sama selama 13 tahun dengan Indonesia, pihaknya mengapresiasi angka kasus penyakit flu burung yang terus menurun.

“Fao telah dan akan mendukung program pengendalian kesehatan hewan di Indonesia,” kata Rudgard.

Senada dengan hal tersebut, Team Leader Unit Khusus FAO di Bidang Kesehatan Hewan James McGrane menyampaikan bahwa kerja sama yang baik antara Pemerintah Indonesia dan FAO perlu diteruskan agar dapat memastikan dampak yang berkelanjutan.

“Keberlanjutan kerja sama internasional ini akan memperkuat kapasitas Indonesia dalam melindungi masyarakat dan mata pencahariannya dari bahaya penyakit hewan yang dapat menular kepada manusia,” kata McGrane.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement