REPUBLIKA.CO.ID, HOUSTON -- Minyak mentah berjangka AS naik hampir satu persen pada akhir perdagangan Selasa (28/5)), setelah banjir melanda seluruh Midwest. Banjir menghambat aliran minyak mentah dari pusat penyimpanan utama AS di Cushing, Oklahoma.
Minyak berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli di New York Mercantile Exchange, menetap di 59,14 dolar AS per barel, naik 51 sen AS atau 0,9 persen, dari tingkat penutupan pada Jumat (24/5) sebelum libur panjang akhir pekan Memorial Day. "Banjir tampaknya telah berdampak pada pusat distribusi di seluruh Amerika Serikat, memperlambat pengiriman yang keluar dari Cushing dan menciptakan tawaran pada WTI," kata Phillip Streible, ahli strategi pasar senior di RJO Futures di Chicago.
Daerah yang dilanda banjir di Arkansas dan Oklahoma bersiap menghadapi lebih banyak hujan yang akan membuat Sungai Arkansas semakin meluap, ujar prakirawan cuaca setempat. Layanan Cuaca Nasional menyebutkan, hujan telah turun sejauh ini di beberapa bagian Oklahoma selama bulan Mei. Diperkirakan, hujan akan terus turun.
Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli naik 1,42 dolar AS menjadi ditutup pada 70,11 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, setelah berulang kali berada di atas dan di bawah tanda psikologis 70 dolar AS.
Harga minyak telah terperangkap di antara kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi dan ekspektasi bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya akan memperpanjang kesepakatan enam bulan mereka untuk mengekang produksi. OPEC dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, akan bertemu selama 25-26 Juni untuk membahas kebijakan produksi, tetapi masih belum jelas apakah pakta produksi mereka akan diperpanjang.
"Arab Saudi tampaknya mendukung untuk memperpanjang pengurangan produksi karena produksi AS meningkat," kata Wakil Presiden Riset Pasar di Tradition Energy Gene McGillian.
Pasar akan menyesuaikan turun untuk menyesuaikan dengan barel jika OPEC mengakhiri pemotongan 1,2 juta barel per hari (bph).
Minyak mentah berjangka Brent pekan lalu mencatat penurunan 4,5 persen dan WTI turun 6,4 persen menjadi kerugian mingguan terbesar sejak Desember. Penurunan harga minyak pekan lalu terjadi setelah pemerintah melaporkan persediaan minyak mentah AS naik menjadi 476,8 juta barel, tertinggi sejak Juli 2017. Namun, pasokan global telah mengetat karena pemangkasan produksi OPEC+ tahun ini, dengan ketegangan politik di Timur Tengah menambah tekanan terhadap harga. Sanksi AS juga sebagian besar telah mengambil minyak mentah Iran dan Venezuela dari pasar global.
"Ada premi geopolitik yang membantu mendukung harga," kata John Kilduff, seorang analis di Again Capital LLC.
Investor tetap khawatir bahwa perang perdagangan AS-Cina yang meningkat dapat menghantam ekonomi global dan mengurangi konsumsi bahan bakar. "Perang perdagangan AS-Cina tidak semakin membaik dan itu benar-benar mulai membebani pertumbuhan," kata Bill Baruch, presiden Blue Line Futures di Chicago.