Ahad 26 May 2019 23:42 WIB

Pertumbuhan Manufaktur Diproyeksi Meningkat di Kuartal II

Kemenperin memproyeksi pertumbuhan manufaktur meningkat di kuartal II 2019

Mesin-mesin industri dipajang dalam pameran manufaktur di Jakarta
Foto: Antara
Mesin-mesin industri dipajang dalam pameran manufaktur di Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian optimistis sektor industri manufaktur dapat tumbuh lebih agresif pada kuartal II tahun 2019 dibanding periode sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya momentum Ramadhan dan Lebaran.

“Kami yakin lebih tinggi dari pertumbuhan industri di kuartal I yang mencapai 4,8 persen. Kami berharap bisa mendekati 5 persen,” kata Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar di Jakarta, Ahad (26/5).

Baca Juga

Menurut Haris, iklim usaha seusai pemilihan presiden dan anggota legislatif semakin membaik setelah sebelumnya para investor memilih wait and see. Bahkan, menjelang Lebaran, sebagian banyak masyarakat membelanjakan uangnya untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan dan minuman serta pakaian.

“Pasca-pemilu, kami melihat iklim usaha semakin kondusif. Selain itu, konsumsi juga akan meningkat dengan adanya tunjangan hari raya (THR) serta gaji ke-13 bagi pegawai negeri sipil (PNS),” tuturnya.

Selain itu, peredaran uang ke daerah pun semakin kencang karena banyak masyarakat yang mudik atau pulang kampung. "Liburnya panjang, sehingga orang bisa spend lebih besar," imbuhnya.

Sekjen Kemenperin juga memandang, belum terlihat dampak besar dari aksi massa yang terjadi pada 21-22 Mei 2019 terhadap aktivitas industri nasional. “Kami percaya, gejolak politik segera mereda dan aktivitas industri akan kembali berjalan normal,” ujarnya. 

Haris menambahkan, pertumbuhan industri manufaktur juga akan terkerek oleh kenaikan investasi. Diproyeksi investasi melonjak pada kuartal II. Keyakinan inipun mengacu pada tren yang sudah terjadi sejak pemilu tahun 1992.

“Pemerintah terus berupaya menciptakan kondisi ekonomi, politik, dan keamanan yang kondusif bagi para investor sehingga kinerja investasi di Indonesia yang sudah baik akan semakin meningkat, dan tentunya investasi existing dapat lebih berdaya saing,” paparnya.

Industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang menyumbang cukup signfikan bagi total investasi di Indonesia. Pada kuartal I tahun 2019, industri pengolahan nonmigas berkontribusi sebesar 18,5 persen atau Rp 16,1 triliun terhadap realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Adapun tiga sektor yang menunjang paling besar pada total PMDN tersebut di tiga bulan awal tahun ini, yakni industri makanan yang menggelontorkan dana mencapai Rp 7,1 triliun, disusul industri logam dasar Rp 2,6 triliun dan industri pengolahan tembakau Rp 1,2 triliun.

Selanjutnya, industri manufaktur juga menyetor hingga 26 persen atau 1,9 miliar dolar AS terhadap realisasi penanaman modal asing (PMA). Tiga sektor yang menopangnya, yaitu industri logam dasar sebesar 593 juta dolar AS, diikuti industri makanan 376 juta dolar AS serta industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia 217 juta dolar AS. 

Kemenperin menargetkan, sepanjang 2019 pertumbuhan industri manufaktur dapat mencapai 5,4 persen. Subsektor yang diperkirakan tumbuh tinggi, antara lain industri makanan dan minuman, industri permesinan, industri tekstil dan pakaian jadi, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki, serta industri barang logam, komputer dan barang elektronika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement