Jumat 24 May 2019 15:24 WIB

Petani Minta Konsumsi Cabai Kering Ditingkatkan

Konsumsi masyarakat Indonesia cenderung kepada cabai segar ketimbang cabai kering

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nidia Zuraya
Pedagang menyortir cabai merah di pasar tradisional. ilustrasi
Foto: Asep Fathulrahman/Antara
Pedagang menyortir cabai merah di pasar tradisional. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Masuknya masa panen cabai pada Mei ini, petani berharap pola penyerapan hasil panen dapat maksimal. Di sisi lain, petani meminta pemerintah menyosialisasikan kepada masyarakat untuk mengkonsumsi cabai kering khususnya bagi industri dan rumah makan.

Ketua Umum Serikat Petani Indonesia Henry Saragih mengatakan, konsumsi masyarakat Indonesia cenderung kepada cabai segar ketimbang cabai kering. Akibatnya, di kala musim tanam berlalu dan pasokan berkurang, harga cabai dapat melonjak tinggi.

Baca Juga

“Di negara-negara lain, misalnya India deh, mereka masyarakatnya sudah mengkonsumsi cabai kering,” kata Henry saat dihubungi Republika, Jumat (24/5).

Kecenderungan konsumsi cabai segar di Indonesia, kata dia, memicu ketidakseimbangan produksi dengan kebutuhan. Sebab, cabai merupakan komoditas pertanian yang rentan rusak atau busuk apabila tidak disimpan dalam kapasitas gudang yang mumpuni.

Di sisi lain, menurut dia, penyerapan cabai hasil panen petani tidak bisa diserap secara menyeluruh dikarenakan keterbatasan gudang penyimpanan yang dilengkapi pendingin dengan suhu tertentu. Berdasarkan catatan Kementerian Pertanian (Kementan), kebutuhan cabai merah dan cabai rawit rata-rata secara nasional berada di level 87,4 ribu ton dan 52,4 ribu ton per bulan pada 2018.

Dengan adanya jumlah kebutuhan yang tinggi tersebut, Henry menilai, pemerintah perlu menggenjot formulasi penyerapan alternatif atau mengalihkan konsumsi ke cabai kering. Sejauh ini, dia mengatakan, penyerapan cabai kering baru diaplikasikan sektor industri.

“Industri sudah, tapi sektor rumah makan-rumah makan belum. Harusnya sektor ini juga mulai pakai cabai kering,” kata dia.

Terkait dengan peran penyerapan Bulog, Henry mengatakan hal itu bukanlah solusi satu-satunya. Dia mengusulkan kepada pemerintah untuk membuat badan usaha yang khusus melakukan penyerapan dan penyimpanan dengan kapasitas gudang yang berteknologi baik agar bisa menyimpan pasokan lebih lama. Hal itu diharapkan abila petani sudah memasuki masa panen, suplai produk tetap terjaga dengan kualitas yang terjamin.

Lebih lanjut dia mengatakan, karena masih dalam proses panen raya di sejumlah sentra cabai yang terdapat di beberapa daerah, dia belum dapat menyebut jumlah produksi serta total penyerapan yang sudah terlaksana. Kendati begitu dia memastikan, harga pembelian cabai petani di setiap daerah bervariatif tergantung dari pengaruh musim dan masa tanam daerah tersebut.

Sekretaris Jenderal Kementan Syukur Iwantoro mengatakan, pemerintah sudah berupaya membantu penyerapan hasil panen cabai petani guna menghindari anjloknya harga. Salah satunya, kata dia, adalah dengan menginstruksikan sejumlah pemerintah daerah bersama dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk melakukan penyerapan.

“Sebagai contoh, Bupati Gunung Kidul langsung responsif begitu ada panen. Dia serap,” kata Syukur.

Terkait dengan peran Bulog, dia menegaskan instruksi yang diberikan Kementan bentuknya masih berupa ajakan untuk membantu petani. Hal itu, kata dia, agar harga pembelian cabai petani dalam masa panen seperti saat ini tidak anjlok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement