REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Barat, Wahyu Purnama mengatakan Sumbar harus serius menggarap potensi pariwisata yang ada. Menurut Wahyu, sektor pariwisata merupakan alternatif bagi Sumbar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Wahyu mengatakan perekonomian Sumbar tumbuh melambat sebesar 4,78 persen. Padahal pada kuartal ke IV 2018 lalu, pertumbuhan ekonomi provinsi Ranah Minang mencapai 5,5 persen.
"Pariwisata itu punya multiplier effect. Dia bisa mengembangkan UMKM, perhotelan, transportasi dan lain-lain," kata Wahyu saat acara Ngobrol Santai Wisata Halal di Aula Bank Indonesia Perwakilan Sumbar, Jumat (24/5).
Wahyu menyebut pertumbuhan ekonomi Sumbar berada di bawah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung dan Bengkulu. Sumsel dan Sumut kata Wahyu selain karena kuat dari sektor perdagangan, industri dan perkebunan, mereka juga ditopang oleh pariwisata. Sumsel terutama, kata dia, sebenarnya punya wisata yang tidak terlalu potensial. Tapi bermodalkan jembatan Ampera sebagai ikon Kota Palembang, daerah tersebut mampu menopang pertumbuhan ekonomi lebih baik.
Harusnya, Sumbar lebih menyedot animo wisatawan karena provinsi Ranah Minang ini dianugerahi keindahan alam di banyak tempat. Wahyu membayangkan bila wisatawan asing makin banyak datang ke Sumbar untuk berwisata dan berbelanja, maka pertumbuhan ekonomi Sumbar akan naik.
Selama ini yang membuat penurunan pertumbuhan ekonomi Sumbar adalah karena impor terlalu banyak ketimbang ekspor. Untuk mengimbangi hal tersebut, bisa diakali dengan menarik perhatian wisatawan asing berkunjung agar mata uang asing lebih banyak masuk ke Sumbar.
"Sekarang bagaimana kita mematangkan banyak orang asing ke Indonesia agar ketekoran kurs tertutupi," ujar Wahyu.