REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teknologi diharapkan semakin menyentuh pendidikan di daerah tertinggal. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) bekerja sama dengan perusahaan Zenius Education mengembangkan pendidikan di daerah tertinggal dengan menggunakan teknologi.
Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemendes PDTT Priyono mengatakan banyak tantangan yang dihadapi untuk mengembangkan pendidikan di daerah tertinggal salah satunya jumlah guru yang terbatas. "Untuk itu kami bekerja sama dengan Zenius Education menggunakan platform Zenius Prestasi sebagai solusi pembelajaran di daerah tertinggal," kata Priyono, Selasa (14/5).
Kepala bidang inovasi Zenius Education Rizky Andriawan platform tersebut menggunakan teknologi O2O (online to offline). Anak-anak tetap dapat mengakses pelajaran tanpa koneksi internet.
Melalui riset yang telah mereka lakukan, di daerah-daerah tertinggal, kebanyakan anak-anaknya telah mempunyai telepon pintar, dan sekolah-sekolah mempunyai anggaran untuk pengadaan komputer. Namun sayangnya yang masih langka adalah akses internet, untuk itu platform ini bisa diakses oleh siswa dan guru tanpa menggunakan internet.
Dalam proyek awal ini, akan ada 15 sekolah di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, yang menjadi percontohan. Sekolah-sekolah tersebut akan dipasang sebuah kotak server untuk dapat mengakses pelajaran yang disediakan oleh Zenius.
Presiden Zenius Education Wisnu Subekti mengatakan di dalam server tersebut terdapat bahan pelajaran berbagai mata pelajaran dari berbagai kelas. Sekolah-sekolah yang akan dipasang server terlebih dahulu mendapatkan loka karya dan pelatihan mengenai HOTS, literasi digital dan cara menggunakan server tersebut.
"Di dalamnya tersedia konten belajar yang melengkapi pelajaran sekolah, soal-soal ujian hingga soal UN," kata dia.