Senin 13 May 2019 15:07 WIB

Ekspor Korsel Terpukul Akibat Perang Dagang AS-China

Transaksi perdagangan Korea Selatan mengalami defisit 2,1 miliar dolar AS.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)
Foto: sustainabilityninja.com
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL – Ekspor Korea Selatan mengalami penurunan selama lima bulan terakhir secara berturut-turut. Kondisi ini disebabkan dua faktor besar, yakni perang perdagangan yang berkepanjangan antara dua ekonomi besar dunia, China dan Amerika Serikat. Selain itu, penurunan pengiriman chip.

Menurut Layanan Bea Cukai Korea pada Senin (13/5), dalam 10 hari pertama bulan Mei, nilai ekspor adalah 13 miliar dolar AS, atau 6,4 persen turun dibanding dengan periode yang sama pada tahun lalu. Dilansir di Korea Herald, transaksi perdagangan Korea Selatan menjadi defisit 2,1 miliar dolar AS.

Baca Juga

Berdasarkan segmen, ekspor semikonduktor mengalami penurunan 31,8 persen. Sementara itu, panel layar kristal-liquid dan suku cadang juga turun masing-masing sebsar 48,2 persen dan 11,2 persen.

Data ini muncul setelah laba operasi Samsung Electronics anjlok 60 persen pada kuartal pertama, terpukul oleh berkurangnya permintaan terhadap chip memori dan panel display.

Di sisi lain, ekspor petrokimia dan mobil masing-masing naik 10,5 dan 19,2 persen. Hal tersebut didorong oleh kenaikan harga minyak dan peluncuran model mobil baru.

Berdasarkan wilayah, ekspor ke China dan Amerika Serikat turun 16,2 persen dan 2,8 persen masing-masing. Penurunan ini tidak lain dipengaruhi konflik perdagangan yang berkepanjangan. Penurunan juga terjadi pada ekspor Korea Selatan ke negara-negara Timur Tengah, hingga 30 persen, karena kinerja ekonomi yang tidak bagus.

Pengamat industri mengatakan, Korea Selatan yang kini tercatat sebagai ekonomi terbesar keempat di Asia akan terus mengalami kontraksi dalam ekspor. Tren ini sebagai dampak dari pertempuran perdagangan antara Amerika Serikat dengan China yang terus meningkat.

Pada pekan lalu, Amerika Serikat meningkatkan tarif barang-barang China senilai 200 miliar dolar AS dari 10 persen menjadi 25 persen. Hal ini meningkatkan ketegangan dengan China yang segera menyiapkan tindakan antisipasi.

Seorang peneliti di Asosiasi Perdagangan Internasional Korea Moon Byung Ki, kenaikan tarif terhadap produk China menyebabkan penurunan 0,1 persen pada produk ekspor Korea di pasar global. "Sebab, permintaan barang setengah jadi dari China menurun," tuturnya.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi China yang melambat juga akan menyebabkan penurunan 0,04 persen terhadap ekspor Korea Selatan.

Menurut laporan baru-baru ini dari Korea Development Institute, ekonomi Negeri Gingseng elemah pada perlambatan investasi dan ekspor. Fokus paling tinggi dari pemerintah adalah perlambatan ekspor ke China.

Wakil Pertama Menteri Strategi dan Keuangan Lee Ho-seung mengatakan, pemerintah tengah berusaha untuk mengatasi ketidakpastian ekonomi global yang dipicu permasalahan perdagangan. "Apabila perang dagang antara AS dengan China diperpanjang, perlambatan ekonomi global dan kontraksi perdagangan akan negatif terhadap ekspor (Korea)," ucapnya.

Lee menjelaskan, pemerintah berencana untuk sering mengadakan pertemuan dengan kementerian terkait untuk terus memantau pasar keuangan global. Salah satu upaya yang akan dilakukan adalah diversifikasi tujuan ekspor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement