Selasa 07 May 2019 19:31 WIB

Kimia Farma Pastikan Produknya Halal

Sebanyak 30 persen produk Kimia Farma tersertifikasi halal.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolanda
PT Kimia Farma Tbk menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2019 di Grand Ballroom, Kempinski Hotel, Jakarta, Selasa (7/5).
Foto: Republika/Retno Wulandhari
PT Kimia Farma Tbk menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2019 di Grand Ballroom, Kempinski Hotel, Jakarta, Selasa (7/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kimia Farma Tbk memastikan semua obat yang diproduksinya halal. Meskipun belum semuanya memiliki sertifikasi halal, Direktur Utama Kimia Farma, Honesty Bashir, menegaskan bahwa pembuatan obat sama sekali tidak menggunakan bahan baku yang dilarang oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).

"Sekarang kita sudah mulai masuk ke herbal. Secara proses produksi dan bahan baku saya pastikan semua produk Kimia Farma halal," ujar Honesty saat ditemui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2019, Selasa (7/5).

Honesty mengakui dibutuhkan waktu yang lama untuk melakukan sertifikasi halal. Menurut Honesty, saat ini setidaknya ada sekitar 30 persen produknya yang sudah memiliki sertifikasi halal. Dia pun memastikan akan segera memproses sisanya.

Honesty mengungkapkan salah satu tantangan yang dihadapi industri farmasi saat ini yaitu ketersediaan bahan baku. Menurutnya, industri farmasi dalam negeri masih sangat bergantung dengan bahan baku impor. Lebih dari 90 persen industri farmasi impor bahan baku dari Cina, India hingga Eropa.

Namun kedepan, Honesty mengatakan, Kimia Farma berkomitmen untuk menekan impor bahan baku. Melalui PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP) yang mengoperasikan pabrik pembuat bahan baku obat di Cikarang, Jawa Barat, Honesty optimistis pada 2021 nanti Perseroan dapat menekan impor bahan baku menjadi 75 persen yang awalnya sebesar 90 persen. 

Honesty mengungkapkan alasan industri farmasi Indonesia tidak bisa menekan impor hingga 0 persen. Menurutnya, dukungan terhadap sektor hulu di farmasi Tanah Air masih sangat lemah. Namun, dengan adanya pabrik bahan baku ini, Honesty yakin jumlah impor akan berkurang signifikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement