REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM), terutama anak muda merupakan salah satu faktor penentu bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap). Bonus demografi harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menciptakan SDM berkualitas.
Hal itu disampaikan dalam Infrastructure Summit 2019 di Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Jumat (26/4). Menkeu menjelaskan dengan adanya bonus demograsi di mana sebagian besar adalah anak muda dan dibarengi dengan pendidikan tinggi yang berkualitas, bisa mendorong Indonesia keluar dari jebakan pendapatan menengah dan menuju pendapatan tinggi (high income).
"Inilah yang harus terus menjadi fokus kita untuk diatasi, saya berharap kalau ada di lingkungan universitas, kualitas dari univeristas dan kualitas SDM dan usia muda yang dihasilkan merupakan faktor menentukan apakah Indonesia mampu terus meneruskan perjalanan dari pendapatan menengah menjadi pendapatan tinggi," katanya.
Saat ini, Indonesia sedang beruntung dengan adanya bonus demografi tersebut. Pasalnya, populasi sebagian besar diisi oleh anak muda sehingga bisa menghemat biaya kesehatan karena kebutuhan layanan kesehatan cenderung lebih rendah.
"Namun, akan menjadi bonus apabila kita investasi di bidang kesehatan, pendidikan karakter, sehingga anak muda ini menjadi aset," katanya.
Indonesia perlu belajar dari berbagai negara dimana dari 190 negara di dunia, 20 di antaranya terjebak di dalam pendapatan menengah selama kurang lebih 40 tahun. Padahal, negara-negara ini sudah tumbuh dari pendapatan rendah (low income).
Negara-negara yang lolos dari jebakan tersebut sebagian besar di Asia, seperti Singapura dan Taiwan. Sementara itu, negara-negara di Amerika Serikat hanya satu yang lolos, yaitu Chile.
"Artinya dari rendah ke menengah seperti Indonesia tidak ada jaminan terus menuju ke pendapatan tinggi," katanya.
Namun, Menkeu mengatakan setidaknya Indonesia memiliki modal, yaitu fundamental ekonomi yang kuat. Bahkan, dibandingkan negara lain pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas lima persen.
Selain itu, Sri Mulyani menambahkan dengan pertumbuhan ekonomi tersebut, tingkat kemiskinan menurun, ketimpangan ekonomi menurun dan inflasi terjaga. "Artinya, kita tidak melulu pertumbuhan, inflasi juga terjaga, ini berarti indonesia memiliki modal mampu mendesain kebijakan dan menghasilkan kinerja pertumbuhan yang tinggi dengan kualitas inklusivitas cukup baik dengan stabilitas terjaga," katanya.
Menurut dia, banyak negara yang fokus terhadap pertimbuhan ekonomi tapi mengabaikan tingkat kemiskinan dan pemerataan ekonomi. "Indonesia punya modal. Kita mencapai suatu status di mana perkeonomian cukup tinggi stabilitas inflasi rendah dan kemiskinan dmenurun 10 tahun sejak 10 tahun terakhir sejak Indonesia mengalami krisis 1997-1998," ujarnya.