REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tertekannya laba PT Bukit Asam Tbk (PTBA) pada triwulan pertama tahun ini dikarenakan fluktuasi harga yang masih sulit diprediksi. Anjloknya harga yang bisa terjadi sewaktu waktu membuat perusahaan perlu melakukan staretgi agar pendapatan tak terus tergerus.
Direktur Utama PTBA, Arviyan Arifin menjelaskan salah satu strateginya adalah menjual batu bara dengan kalori tinggi. Meski secara cost juga besar, kata Arviyan, secara permintaan pasar harga batu bara kalori tinggi cukup menjanjikan. Hal tersebut kemudian membuat perusahaan bisa memperoleh margin yang juga tinggi.
"Misalnya kalori tinggi, biayanya besar cash cost, tapi dari sisi penjualan dan marginnya tinggi. Jadi kita ttep kendalikan cash cost tapi by design terus lakukan penggalian batu bara kalori tinggi, yang harganya jauh padahal ongkos angkutnya sama," ujar Arviyan di Hotel Ritz Caltron, Rabu (24/4).
Direktur Niaga PTBA Adib Ubaidillah juga menjelaskan bahwa 2019 ini pasar batu bara kalori tinggi cukup ramai peminat. PTBA, kata Adib, memasuki pasar Taiwan untuk batu bara kalori tinggi. Selain itu, pasar Filipina juga mulai meningkat permintaannya.
"Triwulan pertama ini 500 ribu ton yang diekspor. Itu antaranya ke Taiwan, Filipina. Kita juga masuk ke Malaysia untuk industri baja dan beberapa pasar domestik juga butuh untuk batu bara kalori tinggi," ujar Adib di lokasi yang sama.
Adib juga menjelaskan, saat ini, pasar batu bara kalori tinggi banyak diminati. Sebab, selain lebih hemat secara pembakaran juga bisa dipakai untuk bahan baku pengolahan baja.
"Ini kalau berhasil, serapannya akan besar domestik. Saat ini memang volume ekspor ke tiga negara itu yang besar. Itu yang kita fokuskan dulu," ujar Adib.