Selasa 23 Apr 2019 02:00 WIB

Walhi: Masalah Plastik Dampak dari Model Ekonomi

30 persen harga barang ritel adalah harga kemasan, artinya konsumen membeli sampah.

Sejumlah pengunjung berenang di dekat sampah plastik yang hanyut terbawa arus di pantai wisata Senggigi, Lombok Barat, NTB.
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Sejumlah pengunjung berenang di dekat sampah plastik yang hanyut terbawa arus di pantai wisata Senggigi, Lombok Barat, NTB.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Indonesia (Walhi) Nur Hidayati mengatakan masalah plastik yang muncul saat ini merupakan dampak dari model ekonomi.

"Sampah bukan hanya masalah individu, tetapi juga dampak dari model ekonomi kita. Model ekonomi yang berkembang saat ini adalah gaya hidup instan sehingga penggunaan plastik semakin tinggi," kata dia saat diskusi Dari Kartini untuk ibu Pertiwi di Galeri Foto Jurnalistik Antara di Jakarta, Senin malam (22/4).

Baca Juga

Oleh sebab itu, dibutuhkan kesadaran untuk mengubah gaya hidup tersebut. Tidak hanya konsumen, para produsen pun dituntut berupaya bergerak ke arah ekonomi sirkular.

Dia mengatakan produsen tidak sekadar membuat produk, tetapi harus memikirkan langkah ke depan, terutama mengenai sampah. "Mereka harus paham produk yang mereka buat akan menghasilkan sampah atau tidak. Jika menghasilkan sampah, sampah tersebut harus diapakan agar tidak merusak lingkungan," kata dia.

Dia mengatakan selama ini 20-30 persen harga dari barang ritel adalah harga kemasan, yang artinya konsumen menggunakan uangnya untuk membeli sampah. Jika konsumen sadar akan apa yang dia beli, maka hal itu dapat menjadi kekuatan untuk menekan para produsen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement