Senin 22 Apr 2019 15:00 WIB

Halal Park Bisa Pertegas Indonesia Sebagai Pusat Halal Dunia

Pemerintah baru-baru ini meresmika miniatur Halal Park di kawasan Gelora Bung Karno

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) didampingi Menteri BUMN Rini Soemarno (kanan) dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meninjau gerai Halal Park di kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (16/4/2019).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) didampingi Menteri BUMN Rini Soemarno (kanan) dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meninjau gerai Halal Park di kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (16/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum lama ini meresmikan miniatur Halal Park di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta. Pembanguna arena bertajuk Moslem Distric Destination tersebut pun mendapat respon positif dari berbagai kalangan.

Presiden Indonesia Fashion Chamber (IFC) Ali Charisma menilai Halal Park bisa memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat halal dunia. Saat ini, menurut Ali, industri halal tengah menjadi perbincangan banyak negara mayoritas Muslim. Sebagian besar mereka bahkan berlomba-lomba melabeli diri sebagai pusat produk halal dunia.

Baca Juga

"Nah (pembahasan) itu di Indonesia masih sedikit. Cuma ini potensinya akan besar sekali karena pengetahuan dan pendidikan (soal halal) yang tersampaikan ke masyarakat itu sudah banyak," ujar Ali kepada Republika usai ditemui dalam acara konferensi pers Muslim Fashion Festival 2019, Senin (22/4).

Ali mengatakan, semua kalangan dari berbagai sektor di industri halal harus dilibatkan agar bisa mewujudkan Indonesia sebagai pusat halal dunia, termasuk dalam membangun Halal Park ini. Di bidang industri busana Muslim, misalnya, mulai dari produsen kain, desainer hingga penjualnya harus dirangkul.

Ali berpendapat kerjasama itulah yang membuat industri halal Malaysia lebih unggul dibandingkan Indonesia. Selain itu, Ali menambahkan, Indonesia masih sangat lemah dalam hal riset dan pengembangan. Sehingga, Indonesia tidak memiliki data acuan untuk melakukan langkah pengembangan.

Dalam hal riset, menurut Ali, Malaysia sudah mendapatkan dukungan yang sangat baik dari pemerintahnya sehingga mereka bisa menjalankan riset dan pengembangan dengan baik. Padahal, jika didata dengan baik, bisa jadi industri halal Indonesia lebih maju dibandingkan Malaysia.

"Kelemahan kita itu diriset dan developmentnya. Kita nggak ada riset, data kita sangat sedikit. Kalau orang mencari data ya Malaysia lebih maju ekonomi syariahnya karena mereka punya data," terang Ali.

Dari sisi finansial, menurut Ali, asosiasi di Indonesia tidak memiliki cukup kemampauan untuk menarik data karena riset memerlukan dana yang besar. Ali menyampaikan, pemerintah seharusnya menunjuk pihak swasta untuk mengumpulkan data-data supaya bisa diolahkan dan kembangkan agar industri halal bisa lebih maju lagi.

Saat ini, menurut Ali, salah satu industri yang berkembang pesat di Indonesia yaitu busana Muslim. Tidak hanya di Indonesia, dunia pun melihat industri ini memiliki pasar yang sangat besar. Untuk merespon pasar yang besar ini, Ali mengatakan, pelaku industri harus dipersiapkan dengan baik, termasuk melalui Halal Park ini.

Agar bisa bersaing dengan negara-negara lainnya, Ali mengatakan, produk Indonesia harus menonjolkan karakter dan ciri khas lokal. Seperti mengembangkan tenun, batik hingga sarung. Dengan demikian, Ali berharap, Indonesia bisa mendominasi pasar sendiri.

Tidak hanya dihilir, menurut Ali, di hulu pun kedepannya diharapkan bahan-baham sudah menggunakan olahan tekstil dalam negeri. "Kalau dilihat secara detail, 50 persen masih produk luar. Pasar kita full masih produk luar negeri," tegas Ali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement