Senin 15 Apr 2019 18:42 WIB

Pengusaha Berharap Pemerintah Terus Upayakan Diplomasi Sawit

Pemerintah didorong mencari tujuan ekspor sawit baru.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolanda
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Pematang Raman, Kumpeh, Muarojambi, Jambi, Jumat (15/2).
Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Pematang Raman, Kumpeh, Muarojambi, Jambi, Jumat (15/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan berharap upaya negosiasi dan upaya diplomasi sawit yang dilakukan pemerintah tidak berhenti pada pertemuan di Brussel saja. Paulus berharap pemerintah dan juga pihak terkait tetap berusaha melakukan diplomasi untuk ekspor sawit Indonesia.

"Kami sangat menghargai upaya pemerintah untuk berkomunikasi dengan Parlemen Eropa. Kami berharap semua pihak tetap melakukan segala upaya untuk menyelesaikan persoalan ini," ujar Paulus saat dihubungi Republika.co.id, Senin (15/4).

Berbagai upaya dari pemerintah juga para pengusaha untuk melakukan diplomasi kepada dewan parlemen Eropa atas penolak sawit Indonesia masih akan terus dilakukan. Paulus menjelaskan belum ada keputusan final atas persoalan ini.

"Keberatan dan penolakan kita terhadap penetapan standar yang tanpa dasar untuk sawit. Kita semua akan melanjutkan upaya hukum di eropa dan di WTO," ujar Paulus.

Senada dengan Paulus, Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono menjelaskan pengusaha sawit sangat menghargai upaya diplomasi pemerintah. Perusahaan juga mengatakan masih akan tetap melakukan berbagai upaya untuk menyelesaikan persoalan sawit ini.

Ia menilai selain upaya diplomasi ia juga mengatakan perlu ada upaya lain baik memperkuat ketahanan dan pasar domestik juga mencari pasar lain sebagai salah satu ekspansi. Ia menjelaskan, pengusaha sawit sedang berupaya untuk melakukan hal tersebut secara paralel.

"Semua upaya harus dilakukan secara paralel maupun sequential secara konsisten," ujar Joko saat dihubungi, Senin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement