Ahad 14 Apr 2019 16:06 WIB

Pedagang: Harga Bawang Putih Terus Naik

Harga rata-rata bawang putih mencapai Rp 53.350 per kilogram di pedagang akhir.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Bawang putih impor yang dijual di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Ahad (14/4).
Foto: Republika/Imas Damayanti
Bawang putih impor yang dijual di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Ahad (14/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren harga bawang putih diakui oleh kebanyakan pedagang di Pasar Induk Kramat Jati mengalami kenaikan sejak dua bulan terakhir. Sedangkan harga bawang putih jenis kating pada awal tahun ini berkisar Rp 25 ribu per kilogram (kg) di tingkat bandar, kini melonjak hingga Rp 45 ribu per kg.

Setidaknya, ada dua jenis bawang putih yang dijual para bandar yang ada di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur. Kedua jenis bawang putih tersebut adalah bawang putih kanting dan banci. Keduanya memiliki harga dan kualitas yang berbeda pula. Sehingga, banyak pedagang mengakui tingkat permintaan dari konsumen juga ikut berbeda.

Baca Juga

“Kalau yang kating itu lebih bagus kualitasnya, harganya tinggi,” kata salah satu pedagang bawang putih, Haryati (33), kepada Republika.co.id, Ahad (14/4).

Haryati mengakui, bawang putih kating yang biasa ia beli dari bandar saat ini harganya terus merangkak naik. Mulai harga berkisar Rp 25 ribu sampai Rp 28 ribu per kg di awal tahun, kini harga bawang putih kating sudah menyentuh level Rp 43 ribu-Rp 45 ribu per kg di tingkat bandar. Dia menyebut, harga bawang putih kating cenderung mengalami kenaikan sebesar Rp 1.000-Rp 2.000 setiap harinya.

Sedangkan bawang putih jenis banci, kata Haryati, cenderung lebih murah namun sepi peminat. Menurutnya, bawang putih yang dijual Kementerian Pertanian (Kementan) pada operasi pasar (OP) beberapa waktu lalu yang dipatok Rp 18 ribu per kg merupakan bawang putih jenis banci.

Pedagang lainnya, Parasiang (31), mengaku membeli bawang putih jenis banci pada bandar dengan harga Rp 28 ribu-Rp 30 ribu per kg. Menurutnya, harga tersebut sudah bertahan sejak dua hari lalu. Dia menyebutkan, meski Kementan telah menggelar OP bawang putih beberapa waktu lalu, penyaluran OP tersebut tidak semuanya merata menyentuh pedagang.

“Jarang dari kami pedagang-pedagang dalam ini yang boleh membeli OP, hanya pedagang tertentu saja yang boleh beli,” kata Parasiang.

Dia mengakui, dalam dua bulan terakhir harga bawang putih baik jenis kating maupun banci terus meroket naik. Dia menduga, meroketnya harga bawang putih disebabkan pasokan yang minim di tingkat bandar. Selain itu, pihaknya juga kerap ditawari membeli bawang putih dengan harga yang murah berkisar Rp 8.000-Rp 10 ribu per kg untuk jenis bawang putih tumbuh.

Kendati murah, pihaknya mengaku enggan membeli bawang putih tumbuh sebab rentan mengalami kebusukan dan kopong isi. Hal itu secara tidak langsung, menurutnya, hanya akan menambah kerugian pedagang. Senada dengan hal di atas, pedagang bawang putih lainnya Agus (34) mengatakan lebih sering menjual bawang putih kating dibanding bawang putih banci.

“Kalau kata pembeli itu, bawang putih kating rasanya lebih sedap. Kalau saya jual yang banci, kurang laku,” kata dia.

Agus menyebut saat ini dia menjual bawang putih dengan harga Rp 45 ribu-Rp 46 ribu per kg. Dengan harga tersebut, pihaknya hanya mengambil untung tak lebih dari Rp 1.000 per kg. Hal itu lantaran harga yang terus meroket menyebabkan pengecer juga enggan membeli bawang putih dengan jumlah yang besar.

Mengacu data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga bawang putih di sejumlah daerah rata-rata mencapai Rp 46.900-Rp 53.350 per kg di tingkat pedagang akhir. Sementara itu harga bawang putih ukuran sedang secara nasional dirata-rata  menyentuh level Rp 38.650 per kg.

Sebelumnya diketahui, Kementan menggelar OP di dua wilayah yakni Jakarta dan Surabaya beberapa waktu lalu. OP yang dilakukan mengeluarkan stok bawang putih milik importir dengan total yang dikeluarkan sebanyak 90 ribu ton. Sementara itu Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengklaim pasokan bawang putih jelang Ramadhan dipastikan aman sebab masih ada 115 ribu ton pasokan yang dimiliki importir dari sisa importasi tahun lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement