REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara, menyampaikan Bank Indonesia (BI) tetap menjaga kestabilan menjelang pemilihan umum pada 17 April 2019 mendatang. Saat ini modal Indonesia dinilai cukup baik terindikasi dari kepercayaan pasar pada perekonomian.
"Kami melihatnya, kan aliran dana masih masuk terus, baik pasar SBN maupun saham, bahkan lebih baik dari tahun lalu," kata Mirza di Kompleks BI, Jumat (12/4).
Artinya, pasar melihat outlook Growth Domestic Product (GDP) dan pertumbuhan profit yang baik di Indonesia. Untuk saham, pasar biasanya melihat perkembangan pertumbuhan profit. Sementara inflow SBN biasanya dipengaruhi oleh outlook inflasi, cadang devisa, neraca berjalan, dan lainnya.
"Jadi kalau inflow artinya mereka percaya outlook kita," kata Mirza.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah juga mengatakan BI komitmen menjaga kestabilan rupiah. Di tengah menguatnya kembali dolar AS dan pelemahan mata uang regional, rupiah dijaga tetap stabil.
Rupiah per Jumat (12/4), terpantau menguat tipis di level 14.153 per dolar AS dari 14.156 per dolar AS pada Kamis (11/4). Menurut Nanang, BI berada di pasar untuk memastikan ketersediaan likuiditas DNDF dan melakukan intervensi di pasar spot dalam jumlah yang terukur.
"BI juga tetap siaga memastikan kestabilan pasar SBN terutama bila terjadi arus modal keluar yang dapat memicu pelemahan rupiah," kata dia.
Dolar AS terpantau menguat terhadap seluruh mata uang G10 dan emerging currencies. Hal ini menurutnya karena semakin panjangnya ketidakpastian Brexit setelah Uni Eropa menyepakati perpanjangan deadline Brexit hingga 31 Oktober.
"Ini membuat memicu kembali pelemahan nilai tukar euro," katanya.
Penguatan dolar juga ditopang oleh naiknya kembali yield US Treasury bond merespons rilis data indek harga produsen (PPI) AS bulan Maret. Nilainya meningkat ke level tertinggi selama lima bulan terakhir. Selain itu karena klaim tunjangan pengangguran (Inital Jobless Claims) yang merosot ke level terendah sejak 1969.
Nanang mengatakan BI tetap memastikan likuiditas rupiah yang cukup di pasar melalui operasi moneter ekspansi yaitu lelang Term Repo dan Forex Swap. Lelang kedua instrument ini sudah terjadwal dalam enam bulan ke depan sehingga perbankan memiliki kepastian untuk mengakses likuiditas.